Minggu, 21 Agustus 2011

Indahnya Berbagi...

Ramadhan tahun ini hampir saja berlalu dan teramat sayang jika Ramadhan kali ini saya biarkan begitu saja seperti Ramadhan kemarin. Berawal dari ajakan seorang rekan untuk mengadakan acara buka puasa bersama di panti asuhan, tanpa banyak pertimbangan sayapun mengiyakan ide tersebut. Ide tersebut kami lempar ke salah satu forum dan alhamdulillah respon positif mengalir. Kami memang tidak memiliki persiapan yang matang mengenai kegiatan tersebut mengingat aktivitas dan lokasi kami yang berjauhan. Dari hasil chat kamipun sepakat untuk memberikan sedikit rezeki yang kami miliki ke Yayasan Kebagusan di daerah Jakarta Selatan.

Alhamdulillah uang yang terkumpul melebihi estimasi kami, sehingga kami dapat memberikan lebih ke pihak yayasan. Tidak banyak memang namun cukuplah untuk berbagi dengan anak-anak panti tersebut. Hari itupun tiba, alhamdulillah acara buka bersama berjalan dengan lancar. Agak khawatir juga mengingat kami terjebak macet, bahkan menjelang berbuka kami belum tiba di lokasi. Untungnya kami diberi kemudahan sehingga sebelum azan Magrib kami sudah tiba. Sambutan hangat pengurus yayasan dan senyum tulus bocah-bocah itu meleburkan kami bersama mereka.







Ada sesuatu yang berbeda yang saya rasakan ketika saya harus melebur bersama mereka. Ada hal lain yang tidak bisa saya ungkapkan, hanya saja seketika itu saya merasa menjadi sosok yang sangat-sangat beruntung. Setidaknya saya merasakan nikmatnya berbagi dengan mereka dan saya harap anda juga bisa merasakan hal sama.


Jumat, 12 Agustus 2011

THR oh THR

Dua pekan menjelang Hari Raya biasanya kita sudah dibuat heboh dengan hadirnya THR. Yups, Tunjangan Hari Raya yang bakalan kita terima nanti setidaknya dapat meringankan beban kita akan melonjaknya kebutuhan menjelang hari raya tersebut. Lalu, sebijak apakah kita memanfaatkan dana tersebut.

Saya kembali mengingat kejadian tahun lalu dimana uang THR yang saya terima ternyata ludes tak berbekas. Saya memang tidak begitu mengambil pusing dengan hal tersebut, toh dengan dana tersebut saya dapat berbagi dengan keluarga dan orang-orang disekitar saya.  Namun seiring dengan berjalannya waktu sayapun akhirnya berfikir untuk memanfaatkan dana “tambahan” yang hanya sekali setahun tersebut dengan bijak. Kan sayang kalo dana tersebut menguap begitu saja. Tahun lalu saya sudah masuk kedalam kategori “boros”, daripada saya mengulang hal yang sama lebih baik saya melakukan revisi penggunaan uang THR saya tahun ini.

  1. Shopping. Belanja untuk keperluan hari raya? Kenapa tidak?!! Tapi, mengingat tahun lalu saya sudah puas ugal-ugalan berbelanja maka tahun ini prinsip yang saya pakai adalah “belilah sesuai dengan kebutuhan”. Kali ini saya sudah me-list apa saja yang akan saya beli, jadi bila nanti ada spanduk ‘sale’ or ‘diskon’ ya tinggal dicuekin saja.
  1. Membayar zakat. Mumpung masih hangat-hangatnya terima THR kenapa gak langsung membayar kewajiban? Daripada nantinya saya lupa dan terlewat mendingan saya selesaikan dulu urusan yang satu ini, jika perlu sekalian infak yah.
  1. Lunasi hutang jika mampu. Biarlah THR saya ludes yang penting mulai bulan depan saya sudah tidak perlu menyisihkan sebagian uang yang saya dapat dari hasil keringat sebulan (gaji,red) untuk membayar hutang atau setidaknya saya sudah bisa mengurangi sedikit hutang saya tersebut.
  1. Saving. Sebelum mengotak-atik sisa THR sepertinya perlu juga ada dana yang masuk ke dalam rekening tabungan saya. Gak perlu banyak-banyak yang penting saldo di rekening tabungan digitnya bertambah :D

Teorinya sih gampang tapi prakteknya saya rasa tidak semudah itu, godaan ‘sale’, ‘diskon’ dan yang lainnya pasti akan menguji keimanan kita terhadap komitmen si THR ini.  Prinsipnya mudah, kalo gak saya coba sekarang, kapan lagi???


Senin, 08 Agustus 2011

Pokoknya Jepret Saja, Soal Hasil Belakangan...

My EOS 1000D
Enam bulan yang lalu saya tergiur untuk memiliki kamera SLR, bukan lantaran karena saya hobi memotret atau ingin menjadi seorang photografer tapi karena faktor latah melihat seorang rekan memiliki kamera SLR dan terlihat ok dengan kamera  besarnya itu..hahaha.

Browsing dan tanya-tanya ke Mbah Google akhirnya saya memutuskan untuk membeli kamera SLR untuk pemula dan tentu saja dengan harga yang sinkron dengan dompet saya. Canon 1000D ternyata mampu menggerakan dan meyakinkan saya untuk memilikinya. Saya memang tidak pandai memotret jadi prinsip yang saya pakai 'Pokoknya jepret saja, soal hasil belakangan'.

Berbekal senjata baru saya itu, sayapun coba menjepret apa saja yang menurut saya menarik. Walaupun hasilnya jauh dari kata sempurna namun tetap saja saya bangga dengan hasil jepretan sendiri hahahaha *maklum sudah terkena virus narsislomampus akut* 

Mumpung lagi di Bali, jepret ngawur ah...
Gak perlu edit-editan pokoknya upload sajalah :D


Flight Information
Free Lounge lantaran ditawarin kartu kredit :D
Cemilan
The Key
Room 224
King Koil Bed

Tegalalang Ubud
Praying Time
Sajen di Bukit Jambul

The Wedding
Tirta Empul
Masih di Tirta Empul
Anjing Kintamani
Kintamani tampak dari kejauhan
Kintamani from the other side
After Praying
Pojok Pura Besakih
Besakih Temple
High and higher
Kuta's Sunset
The Kamboja

Rabu, 03 Agustus 2011

Ngabuburit ke Kota Tua

Cayman Islands-nya King of Convenience mengalun di HP saya pertanda adanya sms masuk. Rupanya sms dari Eno, kawan baru saya ketika kami sama-sama mengeksplor Baduy 3 minggu lalu. Dalam smsnya, Eno meminta kesediaan kawan-kawan yang tergabung dalam eksplor Baduy kemarin berkumpul di Kota Tua untuk sekedar temu kangen dan sharing foto. Berbekal SMS, YM dan FB kamipun sepakat untuk bertemu di Tunnel yang menghubungkan Stasiun Kota dangan halte busway hari Minggu tanggal 31 Juni 2011 pukul 08.00.


Hari itu pun tiba..

Pagi itu saya langsung bergegas menuju terminal Pulo Gadung dan melanjutkan perjalanan menggunakan Busway. Saya tiba di Kota pukul 08.45, molor 45 menit dari jadwal yang sudah disepakati. Dibawah tunnel (terowongan) yang menghubungkan Stasiun Kota dengan Busway tampak oleh saya bang Achyar, Ade, Eno dan Eva yang sedang asik mengamati lalu lalang manusia disekitar mereka. Selang beberapa saat, Delima pun muncul dan langsung menghampiri kami. Seru juga bertemu dengan mereka, padahal baru juga 3 minggu kami tidak bertemu hehehe. Mungkin anda bisa bayangkan topik apa yang langsung dibahas ketika manusia-manusia yang haus akan ngetrip ini disatukan...yups, langsung saja meluncur option untuk rencana trip selanjutnya. "Kemana nih next trip? Ujung Kulon, Bromo atau Krakatau?" begitu kira-kira sepenggal obrolan kami.

Sembari menunggu rekan kami yang lain kamipun beranjak menuju Museum Bank Mandiri karena Nunu dan Putu sedang menuju kesana. Memasuki Museum Bank Mandiri, kita akan diminta mengisi buku tamu dan menyimpan tas pada box yang sudah disediakan. Oiya, bila anda merupakan nasabah Bank Mandiri maka anda tidak akan dipungut retribusi, cukup tunjukkan saja kartu atm anda, namun bila anda bukan nasabah dari bank tersebut, cukup siapkan Rp.2000 saja dan silahkan anda mengeksplor museum ini.





Tak lama kami memasuki Museum, kamipun langsung bertemu dengan Putu dan Nunu. Selang beberapa saat Rudi dan Nanta akhirnya muncul. Pernah dengar tentang wisata malam museum? kamipun coba bertanya dengan petugas di museum ini. Beliau membenarkan adanya program wisata mengunjungi museum-museum di malam hari. Dengan membayar 60 ribu anda bisa mengetahui kisah masa lalu dan merasakan atmosfer berbeda melalui bangunan-bangunan tua itu. Paket harga tersebut sudah termasuk jasa guide, makan, PIN ataupun menonton film tempo doeloe. Mmmh, menarik dan layak dicoba, jujur kami sendiri penasaran dan pastinya sudah kami agendakan perihal wisata malam ini.

Tujuan selanjutnya ke Museum Fatahillah. Cukup dengan berjalan kaki saja sekitar 10 menit dari Museum Bank Mandiri sampailah kita di museum Fatahillah. Dengan membayar Rp.2000 saja kita sudah dapat menikmati museum ini.

Mulai menjelajahi isi museum...
Bangunan museum menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Kayu-kayu dengan ukuran besar masih memegang andil atas bangunan ini, bisa anda lihat sekeliling bangunan penuh dengan kayu sebagai penyangga ataupun tangga. Suasana tempo doeleo terasa kental sekali disini.


 









Ada kejadian menarik yang saya alami, ketika rekan-rekan saya masih saja berkutat dengan bangunan dan isi museum tanpa sepengetahuan mereka saya melarikan diri ke toilet sekalian shalat zuhur. Ternyata mereka menghubungi bagian infomasi mengenai anak hilang wkwkwkkk. Selesai proses pencarian yang diiringi dengan suara mikrofon tersebut akhirnya kami putuskan untuk makan, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 13.30. Didepan museum keramik berjejer gerobak makanan, mulai dari bakso sampai pecel ayam dan makanlah kami disitu sembari menunggu kedatangan rekan kami Yayah. Selesai makan rekan saya yang memang belum melaksanakan kewajibannya segera mendatangi mushola Fatahilah.

Kemudian lanjut ke Pelabuhan Sunda Kelapa...
HP Eno berbunyi dan ternyata rekan kami Andi sudah berada di kawasan Kota Tua ini. Sayangnya kami tak dapat menghubungi Andi, kemungkinan HPnya Andi lowbat sehingga dengan berat hati kami melanjukan perjalanan ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Setelah berjalan kaki selama 20 menit kamipun tiba di TKP. Hawa panas sang mentari membuat kami sesekali berteduh. Menyusuri pelabuhan ini dan kami mendapati kapal-kapal besar berjejer dengan rapinya, sesekali kami lihat beberapa kapal yang sedang dijejali oleh barang-barang yang akan mereka angkut ke daerah tertentu. 
Kami melihat ada 2 buah sampan kecil diantara kapal-kapal besar itu, ternyata mereka juga menawarkan untuk membawa kami ke ujung pelabuhan dengan biaya 5rb perorang. Awalnya kami sempat tertarik, tetapi mengingat sebagian dari kami tidak bisa berenang, tidak ada pelampung dan hanya menggunakan dayung sebagai penggeraknya kami putuskan untuk berjalan kaki saja.




Tak lama kami berjalan, kamipun melihat ada kapal yang sedang tidak mengangkut barang. Tanpa banyak kata langsung saja kami menaiki titian kayu yang menghubungkan dermaga dengan kapal tersebut setelah sebelumnya meminta izin pada sang nahkoda kapal.




KM Putra Utama yang kami bajak ini mengangkut mineral ke Sampit. Untuk mencapai Sampit sendiri bisa 4-7 hari di perairan, tergantung cuaca. Mmhhh, jadi kepikiran untuk menumpang kapal ini ke Sampit hehehe.

Usai sudah kisah kami di kawasan Kota Tua kali ini
* narsis-narsisan ---> checked
* sharing foto    ---> checked
* next trip          --> checked