Minggu, 19 Februari 2012

Sensasi Berbeda Soto Jamur ala Sotoji

Soto Jamur Instan
Bila ditanya siapa sih sahabat sejatinya perut manusia-manusia kost macam saya, jawabannya sudah bisa dipastikan, mie instan. Yups, mengkonsumsi mie instan sudah menjadi keseharian saya saat itu. Setiap minggunya saya pasti menyetok mie instan baik mie rebus ataupun mie goreng. Tak peduli dengan ancaman kesehatan seperti adanya hydroxy methyl benzoate yang terkandung pada minyaknya ataupun benzoic acid yang biasanya terdapat pada bumbunya. Bodo amat, pokoknya yang ada pada pikiran saya adalah bagaimana caranya bisa berkompromi dengan perut, titik !!!.

Beda mie instant beda juga dengan soto. Makanan berkuah penuh kaldu ini gak ada matinya untuk dinikmati. Mau siang hari ataupun malam tetap saja menggugah selera makan saya. Hanya saja untuk menikmati semangkuk soto hangat saya harus keluar kost dan rela melangkahkan kaki menuju tempat soto dijual. 4 tahun berlalu dan saya pun akhirnya kembali ke peradaban (maksudnya udah nggak ngekost lagi) namun masih saja membayangkan kapan saya bisa menikmati soto tanpa harus repot berjalan jauh dan berharap ada soto instan yang bisa berdampingan dengan mie instant sebagai sahabat perut saya kala lapar menyerang.

Sebuah obrolan ringan dengan seorang rekan via yahoo messenger berakhir pada SOTOJI. Sebuah produk baru, soto jamur instan yang mempunyai nilai gizi diatas rata-rata :). Saya diminta untuk mereview produk tersebut dan diminta untuk memamparkan hasil review pada blog butut saya. Jujur saja, yang membuat saya tertarik untuk mereview Sotoji adalah iming-iming hadiah yang diberikan SOTOJI via deblogger, iPhone 4S sama HP Android euy…siapa yang nggak ngeces hehehe. Selesai mengakhiri chatingan, sayapun segera bertamu ke deblogger dan mendapati info mengenai Sotoji, lumayan bisa makan gratis dikasih hadiah pula (kalo menang :p).

Tiga hari kemudian sebuah paket datang ditujukan untuk saya, sempet dicuekin sampe akhirnya hari ini (19/2) saya penasaran dan langsung membuka paket yang ternyata berisi 3 bungkus Sotoji itu. Bungkus berwarna hijau dengan tulisan SOTOJI Soto Jamur Instan dengan gambar soto yang cukup yummy tampak pada bagian depan kemasan. Bagian belakang kemasan berisi informasi penyajian dan kandungan yang ada pada Sotoji. Setelah mengetahui kandungan gizi dan cara memasaknya sayapun akhirnya dengan cekatan membuka kemasan Sotoji tersebut dan mulai memasaknya. Tiga buah sohun mulai berenang kedalam air panas diikuti jamur tiram goreng menyusul dibelakangnya. Selang 3 menit semangkuk soto jamur panas sudah siap dinikmati. Kebetulan waktu itu sedang ada acara kumpul keluarga dan moment langka ini saya gunakan sebagai ajang mendengarkan komentar dan curcol soal Sotoji.

Awalnya rada ragu untuk menyajikan si Sotoji ini, maklum saja ini hanya sample. Saya sodorkan si Sotoji, suapan pertama dan berbagai komentar pun muncul. Kalo dirangkum sih responnya positif, yang paling banyak berkomentar adalah ayah saya. Beliau benar-benar menikmati sajian dari Sotoji dan dengan lebainya beliau berkata, "Bumbunya benar-benar berasa dan menyatu bersama kuah yang mengguyur sohun, begitu masuk ke mulut seakan-akan kita sedang makan soto dari warung soto terkenal, sayang jamur tiramnya masih terasa liat dan alot untuk ukuran orang tua seperti saya", itu kata ayah saya. Versi saya tentu saja berbeda dengan ayah saya, Sotoji itu seperti soto kebanyakan yang biasa saya beli di warung-warung soto yang biasa saya singgahi, tak terlihat seperti makanan instan yang cukup 3 menit saja untuk memasaknya. Seperti ayah saya, saya benar-benar menikmati kuahnya. Bumbunya benar-benar berasa dan yang pasti jamurnya yang sedikit liat dan kenyal membuat saya merasa sedang makan nasi dengan lauknya (sekilas rasa jamurnya seperti daging ayam dan sohun putihnya pun berasa seperti nasi :D). Namun bagi Anda pecinta pedas, sepertinya Anda harus menambahkan cabai atau sejenisnya untuk menambah rasa pedas, saya pribadi sih gak merasakan pedasnya si Sotoji ini, meskipun bumbu cabai sudah saya campur semua. Sachet bumbu dan kemasannya juga agak sulit dibuka, saya memerlukan bantuan gunting untuk membuka kemasan dan bumbunya. Over all, produk ini bisa dikatakan oke, setidaknya ada alternatif lain selain mie instan sebagai sahabat manusia-manusia kost dan manusia-manusia insomnia yang masih melek tengah malem dan malas untuk mencari makan keluar. Salut buat Sotoji, dan sepertinya varian rasa perlu tuh dipertimbangkan, berhubung lidah orang Indonesia sudah mulai kenal  dengan yang namanya keju hehehe (matching ga yah?, masih terbayang internet keju)