Kamis, 24 Januari 2013

Borneo, Kawan Baru dan Petualangan Baru...

Yupz...tepat sebulan dan saya masih saja ingat kejadian itu. Moment dimana saya diminta keruang meeting dan mendapatkan selembar kertas bertuliskan "Surat Keterangan Penempatan", moment dimana saya harus merangkul erat-erat rekan kerja satu-satu, moment dimana saya harus mereschedule semua rencana-rencana ngetrip di tahun 2013 dan yang pasti moment yang memaksa saya untuk berjauhan dengan sahabat, bokap, nyokap, sodara-sodara, dan ponakan-ponakan badung saya, Syathir, Sekar & si item Tirta. Saat itu yang ada diotak saya adalah saya harus mengajukan resign secepatnya, saya masih berfikir kalo tempat saya memang di Jakarta, bersama keluarga dan para sahabat. Entahlah...namun pada akhirnya saya tetap memutuskan terbang menuju Borneo walaupun hanya setengah hati :(

Minggu pertama di Balikpapan tuh rasanya udah kaya setahun...waktu berjalan lelet banged dan saya ga betah. Belum ada temen yang bisa saya ajak diskusi dan narsis bareng, saya masih sering uring-uringan dengan cuaca Balikpapan yang cetar membahana dan yang pasti saya masih shock dengan harga barang dan makanan yang gila-gilaan *mendadak melarat dengan salary yang sangat-sangat berke"cukup"an. Toh, hidup ga bisa dipending, dia akan terus berjalan dan saya harus on track. Minggu kedua, saya mulai menurunkan ego untuk bisa bersahabat dengan pulau ini, dan hasilnya...better than last week. Saya mulai menyatu dengan orang-orangnya, mulai tau tempat makan murah dan mulai memaklumi cuacanya. Sampai suatu ketika saya memutuskan untuk nimbrung disalah satu komunitas Backpacker Balikpapapan+Samarinda, dan hasilnya...saya bisa kenal dengan orang-orang luar biasa di Balikpapan dan Samarinda. 

Tempat baru memang rada menakutkan pada awalnya, karena yang ada di pikiran saat itu adalah saya akan stay lama disini, bukan sekedar ngetrip yang kelar cuma dalam sehari atau dua hari saja. Kalopun saya ga cocok dengan culture dan lainnya, ga mungkin juga issued tiket pulang ke Jakarta, paling-paling saya cuma bisa nyemangatin diri sendiri sembari bilang, "Go Gugum Go" sembari kayang dan bergangnam style *mendadak enerjik. Simple sih, saya cuma perlu usaha keras biar jadi "kerasan" :D. Kalimantan tuh ternyata kebanyakan pendatang juga, jadi yang awalnya udah parno ga ngerti bahasa daerah sini, sekarang malah mulai terbiasa mendengar orang ngomong pake bahasa Jawa...hahahaha.

2 minggu di Balikpapan dan sayapun harus ke Samarinda. Ini bukan dalam rangka main ya sodara-sodara, tapi emang lagi ada kerjaan disini. Mulai SKSD sama anak-anak bekpek Samarinda (secara saya ngekost ditempat yang salah, sepi dan ga kenal tetangga kanan kiri), sampai pada minggu siang tiba-tiba handphone butut saya bergetar dan bersiul Hello Seattle-nya Owl City...nomer David muncul dilayar dan menanyakan posisi saya sekarang. David tuh saya kenal pada saat ada trip ke Segajah dan Bras Basah, belom ketemu orangnya sih tapi udah dapet nomernya. Sama halnya seperti saya dapet nomernya Havid di Balikpapan, belom kenal orangnya tapi dengan cueknya saya nyusahin bang Havid malem-malem untuk sekedar nyari hotel murah di Balikpapan hahahaha.

Tips nyusahin orang ditempat baru : "Kumpulin sebanyak2nya nomer telepon orang ditempat itu trus sok kenal sok deket dan taraaaa...bantuan akan datang dengan sendirinya hahahaha (pengalaman pribadi)".

Back to David, siang itu David nanyain posisi saya saat ini, tumben euy. Ternyata David mau ngajakin ke rumah mas Adi di daerah Lempake, infonya sih tempat Ms Adi lagi banyak rambutan nganggur dipohonnya (baca: panen). Tanpa banyak kata sayapun berkata "Iiiyeesss" untuk ikut serta ke rumah mas Adi. Sore itu sayapun menambah daftar kawan di Borneo ini. David, Dika, Dwi, Dendy *sempet heran sama huruf "D" pada awalan nama mereka, kenapa bisa kompakan? apa mereka masih sodaraan yah?. Trus ada Friska and the Gank yang heboh dan connect soal "XxX", Ria and her couple (Mas Anto), serta pasangan nama dibalik (Ms Adi & Mb Ida).

Tiba dikediaman Ms Adi, dan anak-anak pun dengan rusuhnya menjarah rambutan merah yang bertengger manis di pohonnya. Bukan itu saja, kelapa muda yang berada di sebelah si pohon rambutan itu pun kena getahnya. Si pohon kelapa yang dari tadi diam akhirnya menjadi korban kebrutalan anak-anak juga...hahaha biadab banged.

Puas mengobrak-abrik si Rambutan dan si Kelapa, kami menuju Bendungan yang letaknya tak jauh dari rumah Ms Adi dengan berbekal buah rambutan dan air kelapa muda yang barusan kami jarah. Waduk Benanga namanya, letaknya di Lempake Samarinda Utara. Waduknya tidaklah terlalu besar, namun manfaat waduk ini teramat besar. Waduk ini biasa menampung air sungai Karang Mumus, jadi bisa dibilang waduk yang berada di dekat kota Samarinda ini mempunyai andil yang besar dalam menentukan banjir atau tidaknya kota Samarinda. Selain manfaat yang saya sebutkan diatas, ternyata waduk ini juga bermanfaat untuk merelaksasikan otak dengan suguhan pemandangan cantiknya. Sore itu memang cerah, nampak beberapa keluarga menikmati sore sembari mencicipi jajanan atau makanan yang mereka bawa. Di sudut lain ada sekelompok anak muda yang ribet ato narsis yah hunting foto. Sebenernya tempat ini romantis, cukup menyewa sampan menyusuri danau yang bertebaran tanaman eceng gondok. Sepertinya seru...dan menyenangkan hahahaha.







Puas bercengkrama dengan Benanga, saatnya kami untuk kembali. Tak lupa room karoke Inul menjadi sasaran kami selanjutnya, ditutup dengan dinner yang telat di Kawasan Kuliner Lambung Mangkurat bersama David. Tempat baru itu tak seseram yang saya kira, kita cuma perlu memberikan sedikit ruang pada indera kita untuk menikmati dan membaur dengan udaranya, buminya, airnya dan manusianya sehingga nantinya kita akan merasa menyatu dengan sang bumi...buminya Allah.

Thanks to:
- David yang mengenalkan saya dengan anak-anak rempong ini
- Ms Adi buat rambutan dan kelapa mudanya
- Ms Adi + Mb Ida..saya masukin foto-foto kerennya yah, ajarin ngambil foto yg bener donk :p
- Last but not least...kawan-kawan baru saya untuk ke gokilannya, kalian luar biasa :)

Kamis, 03 Januari 2013

Saya, Tahun Baru dan Stasiun Kereta Tanggul Jember

Pernah kepikiran kabur untuk menghindari dentuman kembang api dan semarak tahun baru? Tahun lalu sih saya sudah mencoba ngabur barengan Nade, Nunu, Eva & Budel ke Kp. Dukuh Garut, tapi karena saat ini saya hanya sendiri di Borneo, jadi kepikiran untuk menikmati perjalanan seorang diri. Yupz, moment tahun baru kali ini akan saya gunakan untuk menempuh perjalanan ala backpacker. Sebenernya sih nggak ngebekpek juga, semi bekpeklah hehehehe. Berhasil mendapatkan tiket BPP-DPS dari Maskapai berlogo hijau untuk keberangkatan Sabtu, 29 Desember 2012, saya pun mulai membuat rencana singkat perjalanan yang nantinya akan saya tempuh. Rencananya sederhana, saya hanya ingin bertahun baru di kereta api. Entahlah...ide itu muncul begitu saja, mungkin karena saya dan si "ular besi" ini punya banyak cerita sehingga tercuatlah ide ber”happy new year” di dalam kereta. Booking tiket kereta malam Banyuwangi-Surabaya “Mutiara Timur” untuk tanggal 31 Desember 2012 dan maskapai “Singa Udara” untuk kembali ke Balikpapan esok harinya.

Dan inilah ceritaku…

29 Desember 2012

Sepulang ngantor tangan saya mulai kreatif bersms dan berbbm ria nyari korban yang bersedia nganterin saya ke Bandara. Sebenernya sih Pa Riza (my boss) ngajakin bareng, beliau juga mo balik ke Jakarta tapi saya tolak karena jadwal terbangnya selisih 2 jam, bisa kisut nunggu lama di bandara. Syukur alhamdulillah yah, seorang pemuda baik hati dan tidak sombong bersedia mengantarkan saya ke Bandara malam nanti. Aan lagi luar biasa baiknya hari ini, udah maksa nganterin masih aja maksa nraktir, hahaha...boong ding :). Sebeneranya sih saya tidak perlu khawatir ketika nanti di Bali, hasil SKSD (Sok Kenal Sok Deket) kemarin membuahkan hasil. Tony, rekan saya di FB yang sudah biasa disusahin anak2 komunitas backpacker pun menawarkan tempat tinggalnya untuk saya singgahi. Tanpa banyak kata sayapun langsung mengiyakan bermalam ditempat Tony mengingat saya seorang budget minded (baca:ekonomis). Sayangnya sms dari maskapai penerbangan yang akan saya tumpangi membuyarkan semua rencana saya. Pesawat yang seharusnya tiba pukul 21.50 ternyata harus molor menjadi pukul 00.55 dini hari. Aaaarrgghhhh…terkatung-katung di bandara Sepinggan hampir 3 jam lamanya membuat saya berfikir ulang untuk melanjutkan trip ini, lagipula gak mungkin kan saya maksa Tony jemput di bandara pagi buta. Setelah menimbang, merenungkan dan menyayangkan tiket hangus akhirnya saya memutuskan untuk tetap melanjutkan trip ini.

30 Desember 2012
 
Tiba juga di Denpasar, sudah dini hari ternyata. Lihat jam di handphone sudah pukul 01.05, mata masih kriyep-kriyep dan taraaa...saya melihat papan petunjuk mushola, mendadak mata menjadi melek hahahaha. Sayapun mendatangi mushola untuk menyelesaikan sholat Isya yang tertunda dan tentu saja...tidooooorr. Suara azan subuh membangunkan saya, sholat subuh dan mulai menyusuri pintu keluar bandara. Badan masih berasa pegelnya, karena tidur yang kurang nyenyak. Ngopi di pojokan alfamart sembari menikmati hangatnya mentari sembari sms Tony untuk tidak usah menjemput. Plan hari ini diubah, Bali terlalu padat…ga oke untuk liburan. Coba bbm beberapa rekan untuk menanyakan akses ke Lombok, rencananya mau ngabur ke Lombok aja sekalian. Informasi yang saya terima ga akan efektif bila ke Lombok, waktunya terlalu mepet mengingat saya harus kembali ke Balikpapan dari Surabaya. Baiklah, saya akan berangkat ke Banyuwangi saja…Baluran, Ijen, G-Land, Sukamade dan Pulau Merah sepertinya lebih menarik ketimbang Kuta atau Legian. Tancaaaapppp….loh, kok mendadak bego yah??? Bandara ternyata sedang direnovasi, pantas saja banyak berubah, beda ketika tahun lalu saya kesini. Jalan kaki keluar bandara sampai pada patung kuda yang di Jl. Raya Tuban. Berasa juga pegelnya yah...hosh..hosh..hosh...Naik bemo (angkot) ke Tegalsari bayar 5rb....criiiing, trus nyambung naek bemo ke Ubung bayar 5rb...criiiing.






Naik angkot di Bali tuh suatu kebanggaan buat saya, gimana enggak...angkot di Bali tuh jarang banget, kebanyakan taksi sama rentalan motor/mobil yang berkeliaran, jadi ya saya bangga aja bisa mencicipi angkot Bali :D. Tibalah saya di terminal Ubung pukul 08.45, bus-bus antar kota dan daerah memang disini pusatnya. Turun dari angkot sayapun langsung diserbu oleh calo yang menanyakan tujuan saya. Masih dalam batas wajar sih, ga sampe yang narik-narik dan ngrebut tas, cuma memang rasanya kok mengganggu yah. Sayapun duduk manis di bus 3/4, saya lupa nama busnya, pokoknya bus ini melayani rute Ubung - Gilimanuk. Bayar ongkos 30rb...criiing, seharusnya sih 25rb, cuma kata si kernet berhubung tahun baru maka tarif angkutan juga mengalami penyesuaian....apa hubungannya coba? Aaaaarrgghhh !!!





Perjalanan Ubung-Gilimanuk ditempuh sekitar 3-4 jam. Pemandangan yang diitawarkan juga gak main-main. Ciamik banget, selain pura, sawah dan hamparan laut lepas ada juga pohon-pohon kamboja yang tumbuh di rumah warganya, pokoknya keren banget. Gak betah diem aja akhirnya ngajakin kenalan mas sebelah, namanya mas Yono, beliau kerja di PLN dan asli orang Surabaya. Cerita soal kabel, bahasa Bali, obyek wisata di Bali sampe ngemilin kacang rebus yang dibeli di terminal Negara. Seru, cuma saya banyak terlelap didalam bus, ngantuknya ga nahan euy.

Pukul 13.05 dan perjalanan terhenti karena bus sudah memasuki terminal Gilimanuk. Horraaayyy....akhirnya naek ferry, kenapa saya antusias? karena ini tuh kali keduanya saya naik kapal ferry setelah 3 bulan yang lalu ketika saya ke Tenggarong. Bayar tiket 6rb...criiiing dan naiklah saya kedalam ferry dan langsung menuju lantai 2, ruangan khusus penumpang. Di ferry ternyata sama seperti di dalam bus, ada toilet, TV,  mushola bahkan kantin juga ada. Perjalanan Gilimanuk-Ketapang tidak terlalu lama, hanya sekitar 1 jam namun berasa banget damai. Sapuan angin yang menyergap saya, birunya laut dan pemandangan yang luar biasa menjadikan penyebrangan ini semakin berkesan. Sayangnya menjelang Ketapang langit mendadak tak bersahabat, mendung euy. Btw, kok saya gak liat kumpulan anak yang menyelam untuk mencari koin atau uang yang dilempar penumpang ke laut yah? Bukannya di Ketapang atau Gilimanuk ada yah? Ato emang saya aja yang sotoy??? hahahaha. Ya sudah, lupakan saja...


Tiba di Ketapang dan kembali berkutat dengan angkot. Menuju stasiun Banyuwangi Baru untuk menukarkan tiket kereta. Stasiun Banyuwangi Baru tidaklah jauh, cukup berjalan kaki sekitar 15 menit saja dari pintu keluar pelabuhan atau naik ojek 5rb kita sudah sampai disana. Stasiun Banyuwangi Baru bukanlah stasiun besar, namun menurut saya stasiun ini lumayan cantik dengan pemandangan hijau disekitarnya. Sangat disayangkan karena bangunan ini kurang dirawat. Hujan yang barusan saja mengguyur Ketapang dengan derasnya, membuat lantai stasiun banjir karena atap stasiun bocor.




Ngangkot lagi dan alhamdulillah akhirnya saya sampai juga di tujuan saya, Desa Tembokrejo Kec. Muncar Banyuwangi dan bertemu dengan keluarga Alm. Om Marno. Sudah lama saya tak bersua dengan Bulik Tini, Nia, Niglen dan si kecil Niken. Cerita mengenai mendiang Om Marno, kehidupan Bulik Tini sekeluarga, gossip keluarga dan tentunya info spot wisata di Banyuwangi...hahahaa, lengkap bukan obrolan kami?. Capeknya masih berasa euy, selepas ketawa dan ngobrol ngalor ngidul akhirnya saya terkapar dan pulas tertidur..zzzz...zzz..


31 Desember 2012

Gak ujan sih, cuma efek ngangkot kemaren masih berasa. jadi siang ini cuma hunting foto di pelabuhan saja. Ternyata di Banyuwangi juga banyak etnis Madura, jadi bahasa yang digunakan selain bahasa Jawa, bahasa Madura pun sering saya dengar disini. Saya lupa apa nama pelabuhan di Muncar ini, memasuki pelabuhan terdapat pasar ikan dan tentunya puluhan bahkan ratusan kapal bersandar disitu. Kapal disini unik, artistik dan pastinya keren banget. Layaknya kapal bajak laut, ditengah kapal terdapat tiang pancang besar dan diatasnya bertengger sebuah kursi yang mungkin digunakan untuk melihat keadaan sekitar. Selain itu di belakang kursi pandang terdapat gambar-gambar yang menarik, ada gambar pahlawan, wanita cantik ataupun gambar pemilik kapal (mungkin yah...karena dibawah gambar ada namanya hehehe).







Sebenarnya pagi tadi saya ingin kabur ke Ijen, tapi karena satu dan lain hal akhirnya saya tangguhkan dulu. Biarlah Ijen dan teman-temannya mananti saya di kunjungan berikutnya. Siangnya saya ikutan sepupu saya ke Jember, ingin tahu kotanya Dewi Persik, apakah sama seksinya dengan sang pedangdut asal Jember itu. Perjalanan Banyuwangi Jember memakan waktu hampir 2,5 jam. Namun saya tidak kecewa, hanya dengan 15rb...criiiing kita akan disuguhkan pemandangan cantik ketika kita melintasi pegunungan Gumitir. Sumpah...keren banget. Tiba di Jember sudah magrib, dan untungnya sepupu saya sudah dijemput oleh tunangannya di terminal Jember. Muter-muter kota Jember dan singgah makan di Pujasera, banyak makanan ditawarkan disini, and you know what...makanannya tuh enak dan muraaaahhhh.

Karena sepupu saya memang ada acara di Tanggul, Jember akhirnya saya pun menumpang sampai stasiun Tanggul. Jember padat saat itu, maklumlah sekarang tanggal 31 Desember...mendekati moment pergantian tahun dan saya memang sedang menghindari kebisingan. Tiba di Tanggul sudah jam 22.00, stasiun Tanggul tidak jauh dari alun-alun Tanggul, jadi secara tidak langsung saya masih bisa menikmati keceriaan tahun baru meskipun tak seramai dan seheboh di Jember. Sepertinya saya harus mengikhlaskan untuk bertahun baru di stasiun ini. Sepupu saya sih ga tega ninggalin kakak gantengnya sendirian tapi saya meyakinkan kalo saya akan baik-baik saja. Mutiara Timur akan singgah di stasiun Tanggul sekitar pukul 01.20, jadi masih banyak waktu yang bisa saya habiskan disini. Berkenalan dengan mas "something" (maap mas, saya lupa euy) yang baru saja membawa serta keluarganya melihat kemeriahan tahun baru di alun-alun Tanggul. Kebetulan rumah mas something berada dekat dengan stasiun dan sayapun ditawari kopi dan keripik singkong. Agak ragu sebenarnya, karena ditempat saya berada memang banyak anak muda yang hilir mudik bergerombol dan kadang menghampiri si mas something ini. Tapi saya melihat mas something ini memang original baiknya, bukan KW hahahaha. Sampai pada suatu kejadian dimana didepan ruko tempat saya berada ada anak kecil yang tidur dengan pulasnya. Ketika si bocah terbangun, mas something segera menghampiri bocah itu dan menanyakan kenapa si bocah bisa berada disini. Saya sedikit paham obrolan antara si bocah dengan mas something, namun ketika si bocah gak begitu paham dengan bahasa Jawa dan mas something merubah bahasanya menjadi bahasa Madura sayapun melambaikan bendera putih....saya nyerah, ga ngerti sama sekali woy. Akhirnya sayapun memahami kalau si bocah memang kabur dari rumah. si bocah tinggal bersama neneknya dan orang tua bocah berada di Denpasar. Entah apa alasannya namun saya rasa memang ada konflik keluarga, mas something langsung menawarkan untuk mengantarkan si bocah pulang. Sebelumnya si bocahpun sudah ditawari makan dan minum oleh mas something, namun si bocah menolak. Akhirnya mas something meminta bantuan rekannya untuk mengantarkan si bocah sampai mendapatkan bis menuju rumahnya dan dibekali sejumlah uang. Yang paling saya inget dari mas something adalah dia pernah bilang, "hidup itu simple...hidup itu sederhana, namun kitalah yang membuatnya ruwet". Setuju banget sama mas something ini...

Pukul 00.00...ternyata untuk kota kabupaten seperti Tanggul ini, gempita tahun baru juga terlihat meriah. Pekikan terompet dan dentuman kembang api terdengar sampe tempat saya berada saat ini. Tidak begitu lama memang, namun saya bisa merasakan orang-orang disana bergembira merayakan moment tahun baru ini. Ga ada yang special dengan tahun baru bagi saya, yang jelas umur bakalan berkurang...apa harus dirayakan? Kembali terlibat perbincangan dengan mas something sembari menunggu si Mutiara Timur. Tepat pukul 01.20 terdengar pluit dari dalam stasiun, dan mas something masih sempet-sempetnya nganterin saya masuk kedalam kereta...luar biasa memang si mas something.




Mutiara Timur tidaklah penuh, banyak kursi kosong sehingga saya tidak perlu mencari tempat duduk sesuai yang tertera di tiket. Mencoba memejamkan mata namun sulit, ya sudahlah...dengerin mp3 saja. Tiba di Wonokromo pukul 04.30, sholat subuh dan saya harus bergegas ke bandara mengejar flight pagi.

1 Januari 2013

Selepas sholat subuh sayapun dihadang oleh tukang ojek dan taksi yang menawarkan jasanya. Taksi menuju bandara dibandrol 70rb sedangkan ojek menuju terminal Bungurasih 20rb. Coba sok ngerti daerah Surabaya sembari clingak clinguk cari angkot, akhirnya dapet juga angkot ke Bungurasih dengan tarif 5rb...criiing. Nunggu sekitar 1/2 jam baru dapet DAMRI ke bandara, bayar 15rb...criiiing.



Setibanya di bandara sebuah message BBM masuk, ternyata dari Indra yang juga sedang berada di Surabaya dan sedang menuju bandara. Waduuhhh...lama juga ga ketemu sama Indra, tapi sayangnya flight saya lebih dahulu. C'mon koh Indra, catch me if you can...hahaha. Disaat saya berharap penerbangan delay malah on schedule, jadi saya hanya berpapasan saja dengan Indra. Ketika saya boarding Indra baru saja tiba. Baiklah, kita ketemu di Jakarta saja...entah kapan itu. Kembali ke Balikpapan dengan serangkaian peristiwa menarik yang saya alami kemarin membuat saya tak kapok untuk bersolo traveling. Yang pasti saya benar-benar menikmati setiap detik perjalanan kali ini. Emmhhh...jadi kepikiran jalan lagi, tapi ga enaknya jalan sendiri tuh foto kita bakalan minim banget, soalnya kita harus cari orang buat motoin kita dan mendadak mati gaya pas mau di foto :(.

Matur suwun buat Tony yang udah nawarin tempat tinggalnya, mas Yono untuk kacang rebusnya, Kel. Alm. Om Marno untuk kehangatan dan ikan asinnya, Andre untuk tumpangan ke Tanggul, mas something untuk kopi, kripik singkong dan "hidup itu sederhananya", juga Koh Indra yang nyaris aja ketemu...Kalian luar biasa !!!