Kamis, 18 April 2013

Ber-Senandung Mutiara Menuju Penang

Dengan 10 RM, bus Mayang Sari bertolak dari Malaka Sentral menuju TBS (Terminal Bersepadu Selatan). Terminal bus milik Malaysia ini cukup besar, modern yang terpenting sudah terintergrasi dengan moda transportasi lainnya seperti KTM Komuter, LRT, KLIA Express maupun RapidKL Buses. Mengingat kereta yang akan kami tumpangi ke Butterworth terjadwal pukul 23.00, dan kami tiba di TBS pukul 18.00 jadi kami masih punya waktu sekitar 5 jam sebelum ke Penang. Awalnya kami sepakat mengunjungi Petronas tetapi khawatir akan khilaf dan bakalan lama disana maka kami ubah rute menuju Batu Caves.

Tiket KTM
Inside the KTM
Batu Caves dekat dengan Kuala Lumpur, hanya butuh sekitar ½ jam dari KL Sentral. Sayangnya kami tiba menjelang sore dan sudah pukul 18.45 waktu itu. Rada parno juga awalnya karna sudah agak malam tapi tetep ya, untuk spot yang free akan kami jabanin meskipun kami harus pontang panting. Tiba di Batu Caves dan bau dupa serta aroma khas India memenuhi indra penciuman kami. Khas banget baunya dan jujur kami kurang begitu sreg dengan aroma ‘aneh’ itu. Mulai menapaki areal Batu Caves dan terlihat tangga menuju gua yang kami prediksi berjumlah ratusan anak tangga. Kok mendadak lemes ya hahaha, akhirnya kami urungkan niat untuk menjelajah goa lebih dalam. Cukup narsis di depannya sajah…sudah cukup buat kami, toh malam itu daerah Batu Caves diguyur hujan. Khawatir ketinggalan KTM komuter, kamipun segera bergegas ke stasiun Batu Caves menuju KL Sentral dan KTM komuter pun meninggalkan stasiun Batu Caves pukul 20.00.

Berikut penampakan malam di Batu Caves...

Menatap Dewa Murugan
Hanoman
Cincinnya Desi nyaingin Cincinnya Dewa Murugan
Ratusan anak tangga yang membuat down kami urung naik
Salah satu kuil di Batu Caves
Tiba di KL Sentral dan rasa lapar mulai membuat otak kami hang. Mampir ke medan selera di lantai atas stasiun, liat-liat menu makanan yang ada tapi akhirnya kami malah menyambangi sebuah minimarket yang terletak diujung pintu masuk. Beli mie cup 6 biji (masing-masing 2 cup) plus beli air mineral. Pas mo bayar ternyata pramuniaganya orang Condet dengan bahasa betawi cablaknya…ya udah, kami panggil si pramuniaga tersebut dengan sebutan Somad. Bang Somad seneng banget ngeliat kehadiran kami, dia bilang udah kelu lidahnya pake bahasa melayu. Bang Somad bisa dengan ributnya ngomong bahasa Indonesia dengan logat betawi kentalnya sembari bercerita panjang lebar soal dirinya yang bekerja di Malaysia. Bang Somad pun berbaik hati mengajak kami berpusing-pusing di KL esoknya karena beliau off. Tapi sayang, kami harus ke Penang malam nanti. Agak disayangkan sih, kami dapat guide gratis buat keliling KL...Free euy, freeeee..tapi waktunya ga tepat. Next time aja ya bang :)

Senandung Mutiara sedikit terlambat, jadwal seharusnya sih pukul 23.00 tetapi si ular besi itu baru mulai meninggalkan KL Sentral pukul 23.30. Kami menumpang kereta malam dengan tujuan tidak mengeluarkan budget untuk menginap, toh kereta yang kami naiki merupakan sleeper train. Kami pilih seat yang memungkinkan untuk kami beristirahat. Agak lama juga berada di dalam kereta, sekitar 6-7 jam perjalanan dan kami tiba di Butterworth keesokan harinya pukul 07.15

Keluar dari stasiun Butterworth dan sedikit berjalan kaki menuju pelabuhan untuk menaiki ferry menyebrangi selat menuju Pulau Pinang. Bila mengendarai bus bisa menggunakan jembatan yang menghubungkan daratan di semenanjung Malaka dengan pulau Pinang. Lupa waktu itu bayar berapa, kayaknya sih sekitar 1,5 RM untuk menyebrang. Cuma sebentar kok, hanya sekitar 30 menit saja kita sudah sampai di pelabuhan Georgetown. Dari jauh tampak pelabuhan yang cukup menarik dengan bangunan semi kolonial.

Stasiun Butterworth
Menuju Pelabuhan
Dalam kapal Ferry
Georgetown Harbor
Kesalahan  terbesar kami adalah, kami tidak mempunyai bekal informasi mengenai Penang. Tak ada peta dan kamipun belum tau nantinya akan kemana. Menumpang free cat shuttle dan turun di Komtar, terminal yang menghubungkan semua jalur darat di kota ini. Awalnya mau ke Penang Hill namun karena sudah menjelang siang kami putuskan melihat sleeping Budha. Tanya-tanya sama polisi setempat kemudian naik bus yang diarahkan si polisi tersebut dan ternyata kami malah tiba di Kek Lok Si Temple. Meskipun salah tujuan namun kami berusaha menikmatinya. Selayaknya sebuah kuil, Kek Lok Si merupakan kuil agama Budha terbesar dengan pagoda dan patung Dewa Kuan Yin yang besar di Penang. Desi yang masih nggak ngeh masih aja nanya dimana letak sleeping budha di areal tersebut pada pasangan asal Indonesia yang kami temui. “Bukan disini tempatnya, adanya di Burma,” begitu jawabnya. Apaaaaahhhh???!!! Dengan lebay-nya Desi nganga tidak percaya.

Depan pagoda Kek Lok Si
Patung Budha
Ada kura-kura di kolamnya loh
Bangunan di tengah kuil
Tampak bukit, ternyata kuil ini dibangun di dataran tinggi
Tetep narsis
Bedakan mana yang patung mana yang bukan hahaha
Free Cat Shuttle
Lelah menapaki tangga-tangga di kuil tersebut akhirnya kami keluar juga dari Kek Lok Si. Kembali berjalan kaki lagi di siang yang teriknya luar biasa munuju shuttle RapidKL Bus. Tujuan kami selanjutnya adalah menyasarkan diri di seputaran Georgetown. Naik bus lagi dan kami tertidur dengan pulasnya dan tau-tau kami terbangun dan sudah berada kembali di pelabuhan…Aaarrghhhh. Terpaksa turun trus dan memanjakan perut kami di warung yang terletak di seberang pelabuhan. Enak, nggak terlalu mahal dan bisa ketemu sama es teh manis (Tea O Ice/teh sejuk).

Menuju komtar lagi dan turun sebentar di daerah entah apa namanya, pokoknya ada taman kota Malaka dan Fort Cornwallis. Tadinya mo cari es kelapa muda tapi malah jalan terus menikmati udara laut sembari bermain dengan merpati yang terbang kian kemari di sepanjang jalan lebuh pantai.

RapidKL Shelter
Lembaga Hasil Dalam Negri?
Merpati di sepanjang jalan lebuh pantai
Bukan Jam Gadang
Areal Jalan Padang Kota Lama
Bangunan di Padang Kota
Ceritanya Prewed
Taman Kota Lama
Fort Cornwallis
Ga terasa kami sudah menghabiskan banyak waktu lagi ditempat ini, saatnya menuju bandara untuk mengejar pesawat ke bandara Bayan Lepas, karena kami akan melanjutkan penerbangan ke Jakarta malam harinya dari LCCT. Tadinya saya sudah berniat menumpang taksi tapi kami pikir akan lebih hemat menumpang bus. Turun dari bus langsung sprint karena tinggal 30 menit lagi pesawat take off. Check in dan apa yang terjadi sodara-sodara, kami tidak diperbolehkan boarding karna gate sudah ditutup. Coba bicara dan menghiba untuk tetap bisa diikutkan terbang namun sia-sia. Dan ketiga bocah lucu inipun terdampar di Bandara Bayan Lepas. Tiket PEN-KL, KL-JKT hangus sudah dan kami terpaksa sibuk mencari alasan bagaimana besok kami tak datang ke kantor. Saya dan koko sudah pusing, uring-uringan dan stress lantaran ketinggalan pesawat. Beli simcard lokal (lagi) dan coba hubungi orang rumah. Browsing tiket dan ternyata harga tiket PEN-JKT ato KL-JKT udah ga bisa di tolelir, 1,2 jt seorangnya, mo bunuh kita apa yah?

Tiket Senandung Mutiara
Tetep senyum meskipun ketinggalan pesawat
Capek fisik, capek hati dan capek dompet hahaha
Akhirnya berkat jaringan wifi bandara saya terpaksa booking Mandala Tiger untuk esok hari dengan harga tiket setengahnya dari AA namun keberangkatan dari LCCT, terpaksa malam ini menuju KL kembali. Sudah pukul 20.00 waktu itu, dan kami akan menggunakan Senandung Mutiara kembali dari Butterworth. Sekitar pukul 21.00 kami tiba di pelabuhan. Menumpang Ferry dari Penang ke Butterworth, dan kali ini  tidak perlu bayar. Kami langsung menuju stasiun untuk beli tiket kereta, sudah ada 3 orang bule dan orang thailand yang mengantri. Perjalanan malam ini kami tempuh kembali dengan kereta, tiba di KL Sentral sudah jam 7.30…telat 1 jam dari jadwal yang tercetak pada tiket. Tetep ya, karna belom foto di twin tower kami kembali kepikiran menuju sana tapi segera kami urungkan karena jarak antara KL Sentral dengan LCCT cukup jauh sehingga kami skip foto di menara kembar itu. Rada bingung nyari bus ke LCCT karena KL Sentral lumayan besar untuk ukuran stasiun kereta api. Dengan sedikit nyasar akhirnya ketemu juga dengan aerobus yang menuju LCCT setelah muter-muter sampe keluar KL Sentral. Bayar tiket 8 RM dan sejam kemudian kami tiba di LCCT. Antrian sudah mengular ternyata, check in dan sejam kemudian kamipun sudah berada di dalam Mandala untuk kembali ke ibukota, Jakarta.

Bila esok saya mendapat banyak rezeki dan tiket promo lagi, maka saya akan:
1.      Merencanakan perjalanan dengan membuat itin yang jelas, bila plan A tidak sesuai maka saya juga sudah menyiapkan plan B
2.       Bawa peta, karena peta berguna bila posisi saya tak terarah
3.       Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang daerah yang akan saya kunjungi
4.       Belajar bahasa daerah setempat, at least belajar bahasa Inggris jadi ga plonga plongo
5.      Siapin dana di kartu debit/kredit, buat jaga-jaga kalo terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (mau ga mau harus nabung)
6.       Menerapkan quality time bila ngetripnya dengan waktu yang mepet dan budget ngepas
7.       Inget waktu dan berhenti narsis foto-foto ga jelas, jadi ga akan ketinggalan pesawat !!!

Itulah sekelumit cerita tentang kami, 3 bocah unyu dan mempesona yang terdampar dengan elegannya di negri tetangga namun tetap ceria sepanjang perjalanannya. Semoga kalian tidak mengalami hal yang sama dengan kami and last but not least...

Happy traveling guys.

Senin, 15 April 2013

Satu Malam Di Malaka

Berbekal tiket promo AirAsia saya kembali menempatkan stempel imigrasi di passpor saya. Yupz, kali ini negeri Jiran yang menjadi destinasi kami. Meskipun Malaysia bukanlah destinasi favorite, tapi siapa sih yang tidak tergoda dengan harga miringnya AA?

Dan inilah cerita kami...

Day one,

Flight JKT-KL by AirAsia terjadwal pukul 08.35 dan tiba di KLCC pukul 11.35. Imigrasi di Soetta & KLCC tidak seribet di Changi, cukup scan mata dan we’re in Malaysia now. 

Berhubung waktunya jam makan siang, kamipun langsung meluncur ke food court (Medan Selera). Harga makanan disini tidak jauh beda dengan di tanah air. Terjangkaulah, kita makan nasi lemak sekitar 4RM atau senilai 12K. Meskipun masih bisa masuk ke lidah kami, tapi tetep aja…makanan Indonesia itu juara banget. Kami memang belum memiliki itin fix, tujuan kami hanya mengeksplore Malaka dan Penang. Jadi selepas mendarat kami langsung tancap ke Malaka dan bermalam di kota ini. Oiya, kami juga janjian sama Mba Ade di Malaka, mba Ade berangkat dari Bintan jadi dia nyebrang ke Batam trus lanjut ke Singapore kemudian lanjut lagi ke KL trus Malaka…Cckkkcckk, mba Ade hebat euy.

Tiket LCCT-Melaka
Bus ke Melaka
Ada bus yang langsung mengantarkan kami ke Malaka, lama perjalanan sekitar 2-3 jam tergantung macet atau tidaknya perjalanan. Busnya nyaman dengan harga tiket 20 RM, dan bus melaju diatas jalan tol yang terbentang panjang. Hanya saja agak terasa membosankan karena yang kita lihat hanya kebun-kebun sawit yang berjejer hampir separuh perjalanan. Saya yang memang mengantuk akhirnya terlelap hingga bus berhenti di Malaka Sentral. Malaka Sentral adalah terminal bus yang tidak terlalu besar namun cukup tertata dengan apik. Didalamnya terdapat toko-toko pakaian dan cinderamata serta warung makan dan counter tiket antar bangsa sebagai identitas bahwa tempat itu merupakan terminal.

Sebenarnya ada free shuttle yang mengarah ke pusat wisatanya Malaka. Namun karena kami rasa sudah terlampau sore maka kami memutuskan menumpang pada bus Panorama No. 17 dengan harga tiket 1,30 RM. Sama seperti di Singapore, disini ga ada kenek jadi begitu kita masuk kita langsung bayar dan oke-nya lagi meski harga tiketnya murah tetap saja kami diberi karcis sebagai bukti pembayaran. 

Kamipun turun di bangunan merah yang menjadi icon Malaka. Sekilas Malaka mirip dengan Kota Tua di Jakarta, hanya saja di Malaka semua bangunan bersejarah diperlakukan sangat-sangat banguniawi (kata lain manusiawi untuk bangunan) sehingga terlihat jelas bagaimana terawatnya cagar budaya tersebut. Berjalan menyusuri jalan-jalan di Malaka mencari Taming Tower, kenapa kami mencari Taming Tower? Karena hostel tempat kami bermalam berada di seberang Tower tersebut. Yupz, setelah bertanya pada polisi pariwisata dan sempat nyasar akhirnya kami tiba juga di Freak’s Backpacker. Memang rada sulit menemukan guest house tersebut karena sebenarnya bangunan tersebut hanyalah ruko yang disulap pemiliknya menjadi guest house. Pemiliknya cukup ramah, kalo ga salah namanya Sean, etnis China yang fasih mandarin+englishnya tapi standar banget bahasa melayunya plus tato yang menghiasi tubuhnya. Rada males juga sebenernya but we only stay for 1 night, so never mind.

Saya janjian dengan mba Ade di hostel ini, tapi menjelang magrib saya belum mendapatkan kabar dari Mba Ade. Selang sejam kami beristirahat, tiba2 saya dikejutkan dengan ketukan kamar. Tenyata asistennya Sean mengabarkan bahwa teman saya sudah tiba. Horraaayyy…ketemu juga akhirnya sama mba Ade setelah setahun kita ga ketemu. Ngobrol heboh sampe bule di lobby yang lagi ngenet senyum ga jelas kearah kita hahahaha. Kebetulan kami memang bermalam dipusat kota jadi mudah untuk eksplore kemanapun. Kami masuk ke Malaka Square dan berbalik arah menuju Jonker’s Street. Jonker’s Street itu layaknya pasar malam, jadi kita bakalan puas belanja oleh-oleh dan mencicipi cemilan khas malaka. Malam itu Jonker street terasa sesak dengan warga dan wisatawan asing, jadi bukan hanya etnis melayu dan tionghoa saja tapi bule-bule juga seliweran ditempat ini. Tempat ini tuh kaya pecinan, didominasi banget sama etnis Tionghoa jadi kebanyakan cemilan masih berbau china. Kami akhirnya membeli kentang goreng (potatoes twister) rasa barbeque dan lada hitam seharga 5RM untuk 2 buah potatoes twister

Menara Taming Sari tepat di depan hostel
Depan pintu masuk Jonker
Salah satu toko di Jonker Street
Jonker Walk
Becak di Melaka
Malaka river at the night
Malaqa House
Sudut kota Malaka
Enjoying potatoes twister
Newton..tempat kami dinner
Sayangnya rada gerimis jadi kami memutuskan untuk kembali dan mencari makan disekitar dataran Palawan. Yups, akhirnya kami menyambangi kuliner Newton. Pesen nasi goreng pattaya, kwetiau, dan nasi goreng belacan. Saya, Desi dan Koko pesan ice tea dan mba Ade pesen lemon tea, ternyata ice tea yang dimaksud itu teh tarik, dan akhirnya pesen lagi sambil menunjuk es teh pesanan orang lain. Si abang-nya langsung bilang itu namanya Tea O Ice (Teh O, kalo di Indonesia es teh).
Back to hostel dan kami pun terlelap.

Day two,

Selamat pagi, suara burung gagak sekitar homestay memang rada mengganggu. Dan mau tak mau kami harus mendengar pekikannya yang terlampau sering. Sarapan di homestay sudah tersedia di meja makan. Roti tawar beserta selai sudah berjejer rapi, disini sistemnya seperti dirumah sendiri. Jadi kalo mau makan harus ambil sendiri dan setelah makan harus cuci piring sendiri. Check out and time to eksplore Malaka. Semalam kami memang sudah melihat sebagian kecil kota malaka dan pagi ini memang terasa sangat berbeda…terlihat bentuk bangunan kolonial berpadu dengan budaya melayu dan tionghoa, sangat unik dan tentu saja menarik. Kami tidak menggunakan bus atau sepeda, cukup berjalan kaki saja karena obyek yang satu dengan yang lain tidaklah terlalu jauh. Intinya kita harus foto di icon Melaka, yups…The Stadthuys-Red Building dan beginilah penampakan kami.
Our breakfast
Sarapan sebelum check out
Pagi di Taming Sari
Abstrak di Muzium Seni Bina Malaysia
Tetap pede di negri tetangga
Depan Church of Melaka
Ceritanya lagi prewed
Mba Ade, Koko, Desi and me
Muzium Umno
St Paul's Hill (A Famosa)
Casa del Rio
Satu sudut rumah di Melaka
Ni Kedai Kopi ga ada matinya, pagi2 udah pada antri
Ada kereta kayu nganggur, jepret lagi ah...
Kincir air kesultanan Malaka
Malaka River Cruise
On the Boat
Kawasan sekitar Malaka river











Enggan rasanya meninggalkan kota eksotik yang menawarkan sajian khas Eropa bercampur etnik lokal yang cukup kental ini, rasanya masih banyak yang saya lewatkan meski sudah semalam disana. Malaka merupakan kota yang nyaman, bersih dan yang terpenting biaya hidup di kota ini masih bisa bersahabat dengan kantong pegawai seperti kami. Kami berpisah dengan mba Ade di Malaka, Mba Ade akan ke Singapore untuk terus melanjutkan ke Batam sedangkan kami menuju KL Sentral mengejar Ekspres Senandung Malam menuju Butterworth.
Penang...kami datang :)