Sabtu, 23 Februari 2013

Sidepony Untuk Ellen

 

Rese banget tuh cewek, baru kenal udah maen ngecengin aja, ujung-ujungnya ternyata dia lagi galau, hahahaha. Orang kalo lagi galau tuh susah banget ditebak maunya, aneh, ribet dan ga mau ngalah. Saya aja yang lagi galau tetep cool, seolah ga terjadi apa-apa, padahal kalo bisa teriak pengen rasanya langsung teriak sekarang juga, tapi keinginan itu saya mentahkan dengan nyanyi-nyanyi fals Sebenernya sih gampang aja, cukup loudspeakerin hp dan menjadi pendengar yang baik, toh akhirnya tuh cewek sarap mau cerita juga. Namanya Ellen, saya kenal dia waktu ke Sanga-Sanga barengan David cs. 

Orangnya berisik, heboh, cuek, pinter banget kalo nyela. Cantik? Hahaha...ga sama sekali, tapi menurut dia banyak banget cowok-cowok yang matanya minus mengidolakan dia, iyyuuuhhhh...kok gw jadi alay gini yah? Zzz..zzz...Zzz. Apa sih biang keladi masalahnya sampe si Ellen uring-uringan gitu? Apalagi kalo bukan masalah percintaan, saya tidak membahas masalahnya cuma menurut Ellen, itu masalah terberat dia tahun ini, kira-kira beratnya hampir samalah dengan berat tubuhnya sekarang...Huwakakakakkk *ketawa puas. Karena saya juga sedang menggalau dan gak mau kondisinya jadi galau kuadrat akhirnya secara ga sengaja saya kirimin tuh anak lagu galau saya minggu ini. Sidepony yang judulnya Akankah Dia. Ga nyambung sih dengan masalahnya Ellen tapi setidaknya tuh lagu asyik untuk didengerin, temen galau sambil makan kacang kulit. Awalnya ragu mo ngasih lagu itu, tapi ternyata Ellen suka juga sama tuh lagu meskipun saya tau selera musik cewek itu lumayan cadas. 

Well, galau itu hak siapapun dan ketika saya bisa menjadi orang yang bisa meringankan kegalauan disitulah saya merasa sangat berarti dan sepertinya peluang buka praktek kegalauan bisa jadi ladang bisnis menjanjikan. Buka praktek anti galau ah....hayooo...yang mau konsultasi, seminggu masih free loh, itung-itung promosi :)

Sabtu, 16 Februari 2013

Kopi dan Cerita Singkat di Pagi itu...

Secangkir kopi ternyata tak mampu membuat kantuk saya menghilang, seharian ini mood saya memang sedang kacau-kacaunya.  Mungkin karena rasa jenuh yang mulai menggerogoti semangat saya, homesick, ditambah lagi berita soal mutasinya tetangga kost saya, Azmi ke Jakarta. Selama di Balikpapan, saya memang belum mempunyai teman segokil Azmi. Dengan cerita-cerita kehedonannya dimasa lalu, soal keluarga,  kerjaan, sampe kisah cinta, Azmi adalah sosok menarik untuk bertukar informasi mengenai topik apapun.

Pernah denger lagunya Dewa yang judulnya Kosong?, salah satu liriknya bilang begini, "Di dalam keramaian aku masih merasa sepi". Gila yah, padahal rame tapi kok bisa merasa sepi? It must be wrong, pasti ada yang konslet dan naasnya kondisi seperti itu sedang menimpa saya sekarang...ngerasa kosong dan berujung galau. Hidup itu memang membingungkan yah? *ngacak-ngacak sampah.

Seorang sahabat pernah bilang gini, entah ini dari kata-kata cerdasnya ato nyontek, "Indahnya hidup bukanlah karena banyak orang yang mengenal kita, tapi seberapa banyak orang yang bahagia karena mengenal kita", dan semoga orang diluar sana bisa bahagia karena mengenal saya...Amin. Akhirnya jadi kepikiran soal syukur, kurang bersyukurkah saya?

Syukur...sebuah kata yang sering kita dengar, dan banyak orang menginterpretasikan syukur dengan caranya sendiri. Menurut kamus bahasa Indonesia, syukur adalah rasa terima kasih kepada Allah. Umumnya sih begini, orang akan mengungkapkan rasa syukurnya ketika mereka diberikan kemudahan ditengah kesulitan yang dialami, mereka akan menganggap kemudahan dan kebahagian adalah sebuah berkah diberikan oleh sang pencipta, lalu...bagaimana ketika kita diberikan berbagai kesulitan dalam hidup? Akankah kita masih bisa mengucapkan syukur?

Dari informasi yang pernah saya terima, otak akan lebih cepat merekam kata-kata negatif, jadi ketika kita berfikir bahwa hari ini akan penuh dengan kesulitan, otak akan segera merekamnya dan kemungkinan yang terjadi adalah hari ini hanyalah kesulitan itu sendiri. Begitupun ketika kita menjalani kehidupan hari ini, esok dan nanti, dengan syukur, yang akan terjadi adalah kenyamanan. Perlu proses memang, tapi sepertinya akan terasa terlambat jika saya tidak memulainya saat ini, detik ini juga, untuk menikmati sesuatu yang dinamakan 'kenyamanan hidup'.

Kembali nyruput kopi yang mulai mendingin dan berdoa untuk kesuksesan kita semua...Aamin.

Selasa, 12 Februari 2013

Age is just a number, isn't it?

Penggalan lirik lagu Kla Project, "Tambah Usia".

Bertambah satu usiamu … Ohh semoga penuh warna
Semakin indah hatimu … Berikan cinta tuk semua

Ikuti hidup yang mengalir ... Dan reguklah hingga akhir
Karna dunia terus berubah ... Jangan kau terlena dan goyah

Sebuah SMS saya terima pagi tadi, pukul 05:32 wita, datangnya dari nomer yang tidak saya save. Pesan itu berbunyi, "Gumilar,, Met Milad yaa semoga betah dsana ya selalu bahagia dunia akherat tambah yg baik2 d hidupnya amiiiiiin :D btw mpe kpn tggl d kalimantan =D". Trus ada 2 misscall dari Eno dan panggilan terjawab dari Noris. Siangnya baru centrang centring SMS, BBM dan email yang intinya mengucapkan selamat ulang tahun, baik dari keluarga, atasan maupun dari para sahabat.



Tambah usia berarti berkurangnya umur saya, aneh saja ketika umur saya berkurang malah saya rayakan, bukan begitu?. Sebenarnya saya sudah menyembunyikan tanggal lahir saya di FB ataupun social media lainnya untuk menghindari traktiran, tapi ternyata masih juga ga berhasil, ya sudahlah...memang sulit untuk menghindari kejadian yang satu ini, "Nraktir" !!!! *ga tega liat ATM yang terkulai tak berdaya.

Mencoba untuk ikhlas dan cuma bisa bilang, "Terima kasih untuk ucapan serta doanya ya temans (pake "s" soalnya banyak, plural), semoga doa-doanya cepat dihijabah oleh Allah, Amin". Tau apa "Doa terfavorit tahun ini"? Doa terfavorit tahun ini jatuh pada doa....*tabuh drum biar efek dramatisnya keluar......"CEPET MARRIED", Amin ya robbal alamin *sembari menengadahkan kedua tangan.

Mmhhh...ga terasa udah seperempat abad lebih saya menghirup oksigen yang telah diberikan Allah dengan gratis, menikmati alam-Nya, minum air-Nya, makan makanan-Nya dan menikmati berbagai kenikmatan lainnya. Betapa beruntungnya saya memiliki keluarga yang hebat, Ayah yang bijak, Ibu yang sabar, saudara-saudara yang mengasihi dan sahabat-sahabat yang luar biasa. 

Usia hanyalah sebatas angka, saya mengambil banyak pelajaran dari hidup yang saya jalani ini. Sederhana saja, saya akan merasa hidup sehidup hidupnya ketika saya dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Kalo kata C.S Lewis, "You are never too old to set another goal or dream a new dream". Begitu juga kata Koffi Annan, "To live is to choose. But to choose well, you must know who you are and what you stand for, where you want to go and why you want to get there". 

Kamis, 07 Februari 2013

Numpang Nampang di Pampang

Siang itu handphone butut saya bergetar dan alunan Fireflies-nya Owl City mulai terdengar pertanda adanya panggilan masuk, dari Hendri ternyata. Saya dan Hendri memang berencana ke Desa Pampang, untungnya David, Ria, Anes, Ika, Asmi dan Ellen pasrah teracuni untuk ikut serta kesana. Meeting point dirumah Ria yang lagi riweuh masak buat makan siang, oseng kangkung plus sambel terasinya muantep loh ya...hehehehe.

Pukul 13.00 akhirnya kami baru berangkat ke Pampang. Pampang terletak di jalan poros Samarinda-Bontang, sekitar 20 km dari kota Samarinda. Perhatikan saja kiri jalan, nanti akan ada papan nama bertuliskan Desa Pampang, tidak terlalu besar memang. Masuk saja terus, dan sekitar 5 km kedepan kita akan memasuki Desa Budaya Pampang. Bayar retribusi 15rb...criiing dan kitapun mendapatkan gelang manik bertuliskan Pampang.


Oiya, bila Anda ingin mengunjungi Desa Pampang, sebaiknya datanglah pada hari Minggu sebelum pukul 14.00 Wita. Kenapa? Karena setiap hari Minggu, di Lamin Adat akan digelar tarian dan permainan khas Dayak, selain itu di pinggir kanan dan kiri Lamin terdapat stand-stand kerajinan dan cinderamata yang bisa jadi membuat Anda galau untuk merogoh kocek untuk membeli barang-barang unik khas Dayak.

Kami telat tiba sampai disana, ternyata Lamin adat sudah ramai dengan para wisatawan yang hendak melihat pertunjukan budaya tersebut. Suara alat musik, nyanyian dan tarian khas Dayak Kenyah memenuhi indra pengelihatan dan pendengaran saya. Entah apa nama tarian yang dimainkan penari-penari tersebut, namun yang pasti antusiasme pengunjung begitu terasa dari riuhnya tepuk tangan selepas tarian usai. Ada beberapa tarian yang dibawakan dan memang beragam, hanya saja kalau saya perhatikan gerakan antara tarian yang satu dengan yang lain tidaklah jauh berbeda. Bentuk tariannya seperti kepakan burung, didukung dengan properti yang digunakan berupa bulu burung enggano asli. Saat itu saya merasa seakan sedang melihat burung yang sedang menari...bukan manusia yang menari, karena manusia yang saat itu sedang menari, cantik dan luwesnya gak kalah dengan burung enggano *ditampar bolak-balik sama penarinya. Ada tarian yang seru, entah apa namanya. Masing-masing penari memegang selendang yang digantung diatap dan kemudian saling berjalan membentuk satu pola dan luar biasanya...selendang tersebut menjadi satu bentuk anyaman cantik seperti pita.




Dan ini yang paling keren, entah apa namanya permainan ini. Saya juga pernah melihat permainan ini di Jawa. Permainannya cukup mudah, kita hanya diminta untuk melewati barisan kayu yang tersusun dari ujung ke ujung. Kayu yang berjumlah genap tersebut diberi jarak, untuk 2 buah batang kayu tersebut akan dipegang oleh 2 orang secara berhadapan. Kayu kemudian digerakkan dan dihentakkan membentuk suatu irama. Pemegang kayu akan merapatkan atau melonggarkan kayu-kayu tadi sesuai irama, semakin lama hentakan akan semakin cepat. Pemain hanya perlu memperhatikan irama dan kapan kayu akan dilonggarkan, bila sudah menyatu dengan irama dan hitungannya maka si pemain akan meloncat kedalam dan terus meloncat hingga ujung satunya.Bila salah meloncat, jangan salahkan bila Anda menjerit karena kaki Anda terjepit...sadisss hahahaha. Tertarik untuk mencoba?



Acarapun selesai dan ditutup dengan tarian bersama memutari lamin, mirip dengan tarian Bon Odori di Jepang. Seru dan yang pasti sangat menyenangkan, karena kita bisa berbaur dan berbagi keceriaan bersama warga setempat dan wisatawan lainnya.

Time for photo session...



Keluar Lamin dan melihat cindera mata khas Dayak...



Sebagai informasi, Anda bisa menyewa pakaian adat Dayak dengan membayar sekitar 25rb...criiing plus tambahan biaya bila ingin foto dengan anak-anak kecil yang berbusana adat ataupun dengan wanita-wanita Dayak dengan telinga panjangnya yang khas tersebut.

And finally...selamat tinggal Pampang dan kami pun menuju destinasi berikutnya..."Kebun Raya Samarinda" *tepok jidat.

Selasa, 05 Februari 2013

Sanga-Sanga Bukan Sembilan-Sembilan

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah", kira-kira begitulah pesan yang sampaikan Bung Karno. Tapi entah kenapa, sejak SD hingga SMA saya termasuk siswa yang paling anti dengan pelajaran sejarah. Sebenernya sih gara-gara film G 30 S/PKI yang dengan sadisnya membantai jendral-jendral untuk mengkudeta pemerintahan saat itu, dan berujung pada phobia dengan sejarah. Udah gitu, ini otak kalo disuruh ngapal malesnya minta ampun, baru denger pertanyaan tahun berapa? dimana peristiwanya? siapa saja yang ikut andil pada peristiwa itu dan pertanyaan lain seputaran sejarah, bikin siotak demo trus ngadu ke komnashao (komisi nasional hak asasi otak), karna merasa dibully & dipaksa mengingat sesuatu yang dia benci...Ckckck. So, you can guess how is my score for history, menyedihkan...hahahaha. Maafkan saya bung Karno...tapi dalam lubuk hati terdalam saya, saya tetap mencintai Indonesia...ini ciusan.

Kebetulan ada seorang rekan memposting trip ke Sanga-sanga disalah group traveling yang saya ikuti, Samarinda Backpackers. Intinya, David memposting perihal foto wisata juang Sanga-sanga. Wisata juang? wait a minute, It's mean history...and Aaaaarrgghh, you know me so well kan? I hate history.

"Kalo ngetrip sambil flashback ke belakang gimana Gum?, ini ngetrip loh...". Emmhhh, baiklah..meskipun nilai sejarah saya memang apa adanya, tapi saya tetap bersemangat mengunjungi tempat bersejarah, asal jangan ada post test setelah itu hahahaha. Dan sayapun kembali mengacungkan telunjuk tanda ikutan rusuh ngetrip dengan mereka :p


Perjalanan menuju Sanga-Sanga dari kota Samarinda membutuhkan waktu sekitar 2 jam, hal ini dikarenakan jalan rusak yang tentu saja menambah waktu perjalanan. Oiya, saya memutuskan untuk ikut dalam mobil double kabinnya mas Adi. Duduk dibelakang serasa buah sawit ato kambing yah? barengan David, Dwi, Tulus dan Dika. Mencoba menikmati perjalanan, namun yang saya dapatkan hanyalah kekecewaan, kecewa karena harus melihat ratusan hektar hutan yang kini telanjang dan diabaikan setelah mineralnya dikeruk, kecewa melihat truk-truk bermuatan ratusan ton mengangkut batubara dan merusak sebagian jalan dan kecewa kepada diri sendiri karena tidak bisa berbuat untuk mencegah itu...huuuft, ya sudahlah *terkulai lemas.

Kembali menempuh perjalanan dan tibalah kami di Sanga-Sanga sekitar pukul 11 siang. Baru saja tiba terlihat iring-iringan rombongan dari Pemerintah Kabupaten Kutai. Clingak-clinguk cari Bupati Kutai "Bu Rita" yang cantik itu namun sejauh mata memandang tak nampak tanda-tanda keberadaan beliau.

Sanga-Sanga time...
Destinasi pertama adalah tugu perjuangan, jeprat-jepret sebentar kemudian dilanjut ke Masjid Al Ma'arif untuk istirahat plus sholat Dzuhur.

Lanjut ke Museum perjuangan Merah Putih. Ditempat ini terdapat koleksi diorama perjungan rakyat Sanga-sanga melawan penjajah. Perjuangan melawan penjajah pertama di Sanga-Sanga dikenal dengan Perlawanan Samseng pada tahun 1926 oleh etnis Tionghoa yang marah kepada pihak Belanda karena tidak memberikan bahan bakar minyak untuk diperdagangkan kepada pedagang asal China itu.


Sanga-sanga juga terkenal dengan sebuah peristiwa heroik yang terjadi pada tanggal 27 Januari 1947 ketika para pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) bahu membahu bersama rakyat mempertahankan Sanga-Sanga dari gempuran Belanda, meski akhirnya korban banyak berjatuhan dari pihak pejuang dan rakyat Sanga-Sanga. Untuk mengenang peristiwa yang disebut sebagai Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga ini, Pemerintah Provinsi bersama Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara selalu menggelar upacara peringatan peristiwa tersebut setiap tanggal 27 Januari. (Sumber dari Wikipedia). Oiya, selain koleksi diorama perjuangan, terpajang juga tengkorak plus tulang-tulangnya loh, entahlah...itu tulang siapa hahaha. Di pelataran belakang musium terdapat mobil tentara bekas perang dan kapal perang yang terbuat dari besi.


Kembali eksplore Sanga-sanga, disudut jalan saya melihat ada tukang es krim dan cring...6rb berpindah tangan ke tukang es tersebut. Liat stand-stand pameran dan nemuin satu stand soal barang antik. Kereeeeennn...ada sepeda onthel, kamera jadul, radio butut, catur tahun jebot sampe piano ato pianika atau apalah itu namanya.



Next kilang minyak pertamina...






Menuju Taman Makam Pahlawan Wadah Batuah dan diakhiri dengan gokil-gokilan di jembatan Dondang.





Sejarah...akan terus menjadi bagian dari hidup kita, suka ataupun tidak. Mengingat masa lalu? Kenapa nggak? itu adalah hal yang wajar dan sangat manusiawi, tapi ketika kita berinteraksi dengannya, menghadirkannya, kemudian bersedih karenanya, menjadikannya sebagai perbuatan bodoh. Tengoklah ke belakang, belajarlah banyak darinya dan kemudian, berbuatlah...jadikan hari ini lebih baik dari kemarin.


Notes: Foto-foto diambil dari kamera Ria, Frisca, mbak Ida, mas Adi dan jepretan sendiri.