Senin, 10 Juni 2013

Setitik Surga Bernama Ranu Kumbolo

Bukan lantaran efek nge-hitznya fim 5cm, bukan pula ingin dibilang keren karena pernah ke Semeru tapi saya memang ingin mengintip surga dari celah Semeru...tsaaah. Perjalanan kali ini diawaki oleh Yayah, Noris, Meidy, Irma, Putri dan saya tentunya.

Gaya Baru Malam Selatan mengantarkan kami menuju Surabaya selama sekitar 14 jam lebih. Perjalanan dilanjutkan dengan mobil yang telah kami sewa sebelumnya dengan tujuan Surabaya-Ranupani, entahlah...sekitar 3-4 jam mungkin untuk mencapai Ranupani.

Kesalahan terbesar kami adalah tidak memastikan mobil yang nantinya akan menjemput kami, sebuah Daihatsu Grand Max hitam sudah stand by di stasiun Gubeng. Terang saja, ketika mencapai Tumpang menuju Ranupani si mobil hitam itu tak mampu untuk menanjak. Medan yang curam dan berbatu penuh lumpur membuat si hitam tak berdaya, nggak tega dengan kondisi si hitam kami memutuskan untuk turun meskipun pos Ranupani hanya sekitar 3-4 kilo lagi. Berbekal jempol kapalan dan muka kasihan, sebuah truk sayur yang melintas memperbolehkan kami menumpang hingga Ranupani.

Diatas Truck Sayur

Tibalah kami di Ranupani, registrasi dan trekingpun dimulai. Semeru cukup ramai saat itu, lagi-lagi karena efek film 5 Cm....Aaarrgghh. Treking cukup nyaman siang itu, cuaca tidaklah terik. Awan-awan masih menggelayuti langit Semeru, namun setelah setengah perjalanan, rintik-rintik hujan mulai membasahi tanah Semeru.

Awal Pendakian
Papan petunjuk
Sepatu yang selalu mengiringi langkah saya
Sesaat sebelum bertemu Ranu Kumbolo
The beauty of Ranu Kumbolo

Alhamdulillah, setelah menempuh sekitar 5 jam perjalanan, kami tiba di Ranu Kumbolo. Subhanallah, indah nian temans. Kami nge-camp di sudut berbeda dari pendaki lain, sudah ada 3 tenda disana. Memang membelakangi spot sunrise namun kami rasa tempat inilah yang paling nyaman untuk bermalam...tidak seperti sudut diseberang sana yang ramai dengan puluhan tenda.

Nongkrong sembari ngopi pagi
Ranu Kumbolo ramai dengan puluhan tenda
Selamat datang di Ranu Kumbolo




Yeaahhh...I made it, tanjakan cinta hahahha
Turunan menuju Oro-oro Ombo
Lavender disela jamnya Yayah
Srikandi-srikandi ini emang ga ada matinya
Ranu Kumbolo dari atas tanjakan cinta

Memang hanya semalam dan kami harus menyudahi untuk mencumbui Ranu Kumbolo. Jujur saja, enggan rasanya kami untuk membongkar tenda dan packing pulang. Tapi mo gimana lagi? ada pekerjaan dan tanggungjawab yang harus kami selesaikan..maklumlah, kami hanyalah pekerja yang dibayar atas pekerjaan kami,  we hate it but we can't ignore it hahaha. Saya mungkin akan kembali lagi, bukan hanya sekedar mengintip surganya Allah dalam bentuk Ranu Kumbolo, tapi saya akan memeluk Mahameru...puncak tertinggi di pulau Jawa.

Ranu Kumbolo versi National Geographic
Our Last Breakfast
Menuju Malang dan bermalam dirumah sepupunya Noris. Besok paginya eksplor Malang kecil-kecilan sembari makan nasi pecel di pasar pagi dekat stadion Gajayana. Beli keripik buah buat oleh-oleh dan akhirnya kami harus berpisah. Saya, Yayah dan Meidy akan menuju Surabaya untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan kereta Gumarang, Irma dan Putri ke Purwokerto dengan bus, Noris ke Jogja . Pokoknya jalan sama kalian tuh kece banget...gokilnya dapet, fun-nya juga dan makna perjalanannya apalagi. Next trip akan kemana kita?

Stasiun Pasar Turi Surabaya