![]() |
Welcome to Buniayu Cave with Dea & Frida |
Sore itu handphone butut saya bergetar pertanda adanya pesan masuk. Ternyata dari Thamrin yang menawarkan seat-nya untuk caving di Goa Buniayu Sukabumi tanggal 24-25 Desember ini. Tanpa pikir panjang saya pun langsung berkata "iya" untuk menggantikan posisi Thamrin. Dua hal yang membuat saya tertarik untuk ikut bergabung menjelajah Goa Buniayu, medan yang cukup menantang dan tentu saja rappelling di curug Bibijilan. Berbekal tiket approval dari Thamrin sayapun confirm dengan Farida selaku empunya acara dan taraaaaa....nama sayapun akhirnya masuk kedalam list peserta yang berjumlah 15 itu.
24 Desember 2011
24 Desember 2011
Meeting point yang disepakati adalah di stasiun Bogor pukul 16.00 WIB karena kami akan menggunakan kereta Bumi Geulis yang berangkat pukul 17.00 WIB menuju Sukabumi. Tabiat saya yang selalu datang mepet-mepet ternyata belum hilang. Pukul 16.35 saya masih didalam kereta commuter line menuju Bogor, saat itu kereta baru beranjak meninggalkan stasiun Citayam. Sms dari Farida dan telpon yang berkali-kali dari Nadia membuat saya kelimpungan untuk mencari alasan mengapa bisa telat. Untungnya 15 menit sebelum keberangkatan saya sudah tiba di stasiun Bogor.
Kereta Bumi Geulis ternyata sudah penuh sesak dengan penumpang, pintu-pintu gerbong sudah tertutup padahal Bumi Geulis sendiri baru berangkat pukul 17.00 WIB. Maklum saja, kereta diesel ini hanya sekali mengantarkan penumpang dari dan ke Sukabumi. Mencoba menghubungi Nadia dan akhirnya saya berada satu gerbong dengan Nadia, Melli, Teddy dan Freddy. Pukul 17.05 kereta pun berangkat, telat 5 menit dari jadwal yang sudah ditentukan. Mencapai stasiun Maseng kereta berhenti cukup lama, entah ada apa tapi yang pasti distasiun ini si ular besi berhenti cukup lama. Perjalanan kali ini cukup unik, mulai dari kereta yang delay, mogok, berjalan mundur...pokoknya komplit ber-Bumi Geulis kali ini.
Sekitar 3 jam perjalanan barulah kami tiba di stasiun Sukabumi. Sambutan hangat dan senyum ramah Nissa dan Aldo menyambut kedatangan kami. Oiya, tambah kawan baru lagi..Ari, Intan, Saleh, Uci, Ekky dan tentu saja Syarif serta Farida. Tiga jam lebih berada didalam perut si ular besi membuat perut kami berdemo untuk segera diisi dan kamipun singgah dipinggiran jalan untuk sekedar mengisi perut sekalian bertemu dengan peserta dari Bandung, Dea, Jun dan Koko. Selesai makan, angkot sewaan yang sudah menanti akhirnya membawa kami dengan dahsyatnya. Rute yang penuh kelokan dibabat habis hanya dengan 1 jam perjalanan, alhasil seorang rekan jackpot lantaran pusing memikirkan pola nyetir sang sopir. Sebagai panduan, apabila kita sudah mencapai Sukabumi, kita bisa langsung ke arah Segaraanten. Setelah tiba di Nyalindung kita akan menemui pertigaan ke arah Nyalindung dan Segaranten, pilih jalur Segaraanten. Sekitar 1.5 km maka kita akan sampai di pintu gerbang Goa Buniayu. Dari pintu gerbang masuk lagi sekitar 500 meter dan sampailah di lokasi wisata Goa Buniayu.
Tiba di homestay, berkenalan dan selang beberapa saat kamipun terlelap...zzz...zzz...zzz
25 Desember 2011
Kereta Bumi Geulis ternyata sudah penuh sesak dengan penumpang, pintu-pintu gerbong sudah tertutup padahal Bumi Geulis sendiri baru berangkat pukul 17.00 WIB. Maklum saja, kereta diesel ini hanya sekali mengantarkan penumpang dari dan ke Sukabumi. Mencoba menghubungi Nadia dan akhirnya saya berada satu gerbong dengan Nadia, Melli, Teddy dan Freddy. Pukul 17.05 kereta pun berangkat, telat 5 menit dari jadwal yang sudah ditentukan. Mencapai stasiun Maseng kereta berhenti cukup lama, entah ada apa tapi yang pasti distasiun ini si ular besi berhenti cukup lama. Perjalanan kali ini cukup unik, mulai dari kereta yang delay, mogok, berjalan mundur...pokoknya komplit ber-Bumi Geulis kali ini.
![]() |
Sesaknya Bumi Geulis with Nadia, Melli & Freddy |
Tiba di homestay, berkenalan dan selang beberapa saat kamipun terlelap...zzz...zzz...zzz
25 Desember 2011
Kokok ayam sudah membangunkan kami pagi itu, selepas shalat subuh kamipun bergegas mempersiapkan diri. Saatnya untuk kami menjajaki Goa yang terletak di Desa Kertangsana Kecamatan Nyalindung diketinggian 773 meter dari permukaan laut. Berbekal helm, sepatu boot dan senter kami pun mulai menyusuri Goa untuk kategori minat umum.
And the journey begin...
![]() |
Goa Minat Umum |
![]() |
Pose sebelum masuk Goa |
Penampakan didalam Goa...
![]() |
Koko dan Syarif in Pose |
![]() |
Air Awet Muda |
![]() |
Looks like bench |
![]() |
Antri |
![]() |
Penampakan di dalam |
![]() |
Tetep pose meskipun gelap |
Puas menelusuri Goa Minat Umum saatnya memenuhi tantangan untuk beraksi pada Goa Minat Khusus. Peralatan seperti baju khusus caving sudah tersedia, cukup dengan 5 menit saja pakaian ini sudah membungkus tubuh kami. Warna bajunya orange, mirip dengan petugas kebersihan, kalo diperhatikan lagi saya rasa kami malahan mirip buah jeruk berjalan hahahaa.
Saatnya mencoba tantangan yang lumayan ekstrim ini, bayangkan saja untuk masuk kedalam Goa kami harus menggunakan tali SRT dan dikerek turun kedasar bumi dengan kedalaman sekitar 18 meter. Awalnya agak menyeramkan saat tali mulai diturunkan mengingat susana gelap dan tempat masuk yang cukup sempit ditambah lagi dengan sebutan Goa Kerek atau Goa Siluman hhhiiiii.... Setelah tali diturunkan agak ke bawah perasaan itu berangsur-angsur hilang berganti dengan decak kagum atas ciptaan sang Kuasa ini. Untuk tantangan awal dapat dikatakan kami lewati dengan suksesnya, belum ada hambatan yang berarti...hahahaa *mendadak angkuh.
![]() |
Tetap senyum meskipun deg-degan |
Mulai menyusuri perut gua dan betapa takjubnya kami dengan stalaktit, stalakmit, flow stone, coloumn,drapery, gourdam, canopy maupun ornamen goa lain yang tertata cantik. Tetesan air dan aliran air yang sejuk sesekali kami lewati. Oksigen kami rasakan masih sangat bersahabat dan yang pasti kami tetap kesejukan selama berada di dalam perut bumi ini. Sampai pada suatu ketika kami harus melewai medan yang penuh lumpur, kaki kami terjerembab di kubangan lumpur. Langkah kaki kami sangat terasa berat, sesekali sepatu boot yang kami kenakan tertanam dengan kuatnya di dasar lumpur. Moment inilah yang membuka luas pintu tolerasi dan kerjasama kami. Treking caving kali ini benar-benar luar biasa, saya tak dapat menuangkan secara detail tapi yang pasti bagi anda yang benar-benar ingin merasakan sensasi lumpur yang becek dan kotor diperjalanan treking maka Anda harus menyempatkan untuk menjejakkan kaki disini. Memanjat, menuruni batuan karst, meniti jalan sempit, terjerembab di lumpur, merasakan kesejukan aliran air hingga merangkak kami lalui. Tanpa kami sadari ternyata kami sudah melewati setengah perjalanan dan saatnya untuk melepas lelah. Jepretan kamera milik Ari dan Koko membuyarkan lamunan kami, dengan sigapnya kami memasang berbagai pose sebagai bukti kenarsisan kami hahaha.
Berikut hasil pose abstrak kami hahahaha...
![]() |
Membungkuk bahkan merangkak pun kami lakukan |
![]() |
Lelah |
![]() |
Setengah perjalanan |
![]() |
Sesaat sebelum menikmati kegelapan abadi |
Tiba-tiba guide kami meminta kami untuk mematikan semua senter dan headlamp, tanpa kecuali. Kami diminta untuk duduk berkumpul dan mulai mematikan sumber cahaya yang ada. Satu persatu senter dipadamkan sampai pada akhirnya pada sumber cahaya terakhir yang berasal dari headlamp sang guide. Hitam dan gelap menyeruak seketika, benar-benar tak terlihat sama sekali. Saking gelapnya tempat ini, maka disebutlah 'Kegelapan Abadi', gelap disini lebih gelap 4 kali ketimbang gelap yang biasa kita rasakan dipermukaan sana. Begitu hening, sunyi, hitam...hanya suara tetes air dan suara binatang-binatang kecil yang terdengar. Kamipun diminta untuk menutup mata kami dan seketika itu juga saya membayangkan bagaimana seorang tuna netra melewati hari-harinya. Semoga moment ini menjadikan saya pribadi yang bersyukur atas nikmat visual ini. Setelah beberapa saat kami tak bisa melihat apapun akhirnya sebuah cahaya mulai terlihat dan betapa menabjukannya...saya merasakan ratusan kunang-kunang tepat didepan mata saya dan berangsung-angsur menghilang setelah saya membuka mata. Subhanallah...luar biasa.
Kembali melanjutkan perjalanan dengan trek yang hampir sama dengan sebelumnya, namun trek kali ini lebih menantang dan tentu saja sedikit membuat kami pontang panting hehehe. Akhirnya dengan segenap perjuangan dan support dari rekan-rekan semua, team ini pun dapat melewati semua hambatan dan rintangan yang ada. Alhamdulillah...sinar matahari sudah terlihat disudut Goa setelah treking panjang sekitar 3 jam-an ini,,,,,Horraayyy.
![]() |
Akhirnya keluar Goa juga dengan berlumur lumpur |
Teddy dan Jun sudah bersiap untuk ber-rappeling ria diatas sana dan saya yakin mereka merasakan adrenalin yang terpacu ketika menuruni setapak demi setapak curug tersebut. Sayangnya hujan mengguyur Buniayu saat itu, Syarif yang sudah bersiap terjun akhirnya harus menelan kecewa karena harus menangguhkan rappelingnya.
![]() |
Teddy in action |
![]() |
Finally done |
Sedikit tips yang mungkin berguna ;
1. Jangan pernah takut dengan gelap dan kotor saat bercaving.
2. Harap membawa drybag atau case kamera untuk menghidari kamera basah atau kotor karena banyak moment yang bisa diabadikan, sebaiknya gunakan kamera pocket ketika didalam Goa karena untuk DSLR sendiri agak sedikit riskan mengingat medan yang tidak begitu bersahabat.
3. Sediakan headlamp untuk mempermudah treking di tempat gelap, Anda bisa menggunakan senter hanya saja lebih disarankan menggunakan headlamp karena banyak lokasi yang membutuhkan kedua tangan untuk menopang dan akan repot bila kita memegang senter.
4. Siapkan cemilan dan air mineral untuk merecharge energi selama perjalanan (sampahnya dibawa lagi yah :D)
5. Gunakan kaos kaki panjang untuk menghindari lecet-lecet pada kaki ketika mengenakan sepatu boot dan pilihlah sepatu boot yang pas dengan ukuran kaki.
Sekali lagi matur suwun banget buat rekan-rekan yang ikut mengeksplor Buniayu. Special thanks untuk tim photographer (Ari, Koko, Farida dan Nadia), guys gw izin pake foto kalian yah dan tentu saja untuk sang pencipta yang menciptakan keindahan bumi Indonesia