Pernah
kepikiran kabur untuk menghindari dentuman kembang api dan semarak
tahun baru? Tahun lalu sih saya sudah mencoba ngabur barengan Nade,
Nunu, Eva & Budel ke Kp. Dukuh Garut, tapi karena saat ini saya
hanya sendiri di Borneo, jadi kepikiran untuk menikmati perjalanan
seorang diri. Yupz,
moment tahun baru kali ini akan saya gunakan untuk menempuh perjalanan
ala
backpacker. Sebenernya sih nggak ngebekpek juga, semi bekpeklah
hehehehe.
Berhasil mendapatkan tiket BPP-DPS dari Maskapai berlogo hijau untuk
keberangkatan Sabtu, 29 Desember 2012, saya pun mulai membuat rencana
singkat perjalanan yang nantinya akan saya tempuh. Rencananya sederhana,
saya hanya ingin bertahun baru di
kereta api. Entahlah...ide itu muncul begitu saja, mungkin karena saya
dan si "ular besi" ini punya banyak cerita sehingga tercuatlah ide
ber”happy new year”
di dalam kereta. Booking tiket kereta malam Banyuwangi-Surabaya “Mutiara
Timur” untuk tanggal 31 Desember 2012 dan maskapai
“Singa Udara” untuk kembali ke Balikpapan esok harinya.
Dan inilah ceritaku…
Dan inilah ceritaku…
29 Desember 2012
Sepulang
ngantor tangan saya mulai kreatif bersms dan berbbm ria nyari korban
yang bersedia nganterin saya ke Bandara. Sebenernya sih Pa Riza (my
boss) ngajakin bareng, beliau juga mo balik ke Jakarta tapi saya tolak
karena jadwal terbangnya selisih 2 jam, bisa kisut nunggu lama di
bandara. Syukur alhamdulillah yah, seorang pemuda baik hati dan tidak
sombong bersedia mengantarkan saya ke Bandara malam nanti. Aan lagi luar
biasa baiknya hari ini, udah maksa nganterin masih aja maksa nraktir,
hahaha...boong ding :). Sebeneranya sih saya tidak perlu khawatir
ketika nanti di Bali, hasil SKSD (Sok Kenal Sok Deket) kemarin
membuahkan hasil. Tony, rekan
saya di FB yang sudah biasa disusahin anak2 komunitas backpacker pun
menawarkan
tempat tinggalnya untuk saya singgahi. Tanpa banyak kata sayapun
langsung
mengiyakan bermalam ditempat Tony mengingat saya seorang budget minded
(baca:ekonomis). Sayangnya sms dari maskapai
penerbangan yang akan saya tumpangi membuyarkan semua rencana saya.
Pesawat yang seharusnya tiba
pukul 21.50 ternyata harus molor menjadi pukul 00.55 dini hari.
Aaaarrgghhhh…terkatung-katung
di bandara Sepinggan hampir 3 jam lamanya membuat saya berfikir ulang
untuk melanjutkan trip ini, lagipula gak mungkin kan saya maksa Tony
jemput di bandara pagi buta. Setelah menimbang, merenungkan dan
menyayangkan tiket hangus akhirnya saya memutuskan untuk tetap
melanjutkan trip ini.
30 Desember 2012
30 Desember 2012
Tiba
juga di Denpasar, sudah dini hari ternyata. Lihat jam di handphone
sudah pukul 01.05, mata masih kriyep-kriyep dan taraaa...saya melihat
papan petunjuk mushola, mendadak mata menjadi melek hahahaha. Sayapun
mendatangi mushola untuk menyelesaikan sholat Isya yang tertunda dan
tentu saja...tidooooorr. Suara azan subuh membangunkan saya, sholat
subuh dan mulai menyusuri pintu keluar bandara. Badan masih berasa
pegelnya, karena tidur
yang kurang nyenyak. Ngopi di pojokan alfamart sembari menikmati
hangatnya mentari sembari sms Tony untuk tidak usah menjemput.
Plan hari ini diubah, Bali terlalu padat…ga oke untuk liburan. Coba bbm
beberapa rekan untuk menanyakan akses ke Lombok, rencananya mau
ngabur ke Lombok aja sekalian. Informasi yang saya terima ga akan
efektif bila ke Lombok, waktunya terlalu mepet mengingat saya harus
kembali ke Balikpapan dari Surabaya. Baiklah, saya akan berangkat ke
Banyuwangi
saja…Baluran, Ijen, G-Land, Sukamade dan Pulau Merah sepertinya lebih
menarik
ketimbang Kuta atau Legian. Tancaaaapppp….loh, kok mendadak bego yah???
Bandara ternyata sedang direnovasi, pantas saja banyak berubah, beda
ketika tahun lalu saya kesini. Jalan kaki keluar bandara sampai pada
patung kuda yang di Jl. Raya Tuban. Berasa juga pegelnya
yah...hosh..hosh..hosh...Naik bemo (angkot) ke Tegalsari bayar
5rb....criiiing, trus nyambung naek bemo ke Ubung bayar 5rb...criiiing.
Naik
angkot di Bali tuh suatu kebanggaan buat saya, gimana enggak...angkot di
Bali tuh jarang banget, kebanyakan taksi sama rentalan motor/mobil yang
berkeliaran, jadi ya saya bangga aja bisa mencicipi angkot Bali :D.
Tibalah saya di terminal Ubung pukul 08.45, bus-bus antar
kota dan daerah memang disini pusatnya. Turun dari angkot sayapun
langsung diserbu oleh calo yang menanyakan tujuan saya. Masih dalam
batas wajar sih,
ga sampe yang narik-narik dan ngrebut tas, cuma memang rasanya kok
mengganggu yah. Sayapun duduk manis di bus 3/4, saya lupa nama
busnya, pokoknya bus ini melayani rute Ubung - Gilimanuk. Bayar ongkos
30rb...criiing, seharusnya sih 25rb, cuma kata si kernet berhubung tahun
baru maka
tarif angkutan juga mengalami penyesuaian....apa hubungannya coba?
Aaaaarrgghhh !!!
Perjalanan Ubung-Gilimanuk ditempuh sekitar 3-4 jam. Pemandangan yang
diitawarkan juga gak main-main. Ciamik banget, selain pura, sawah dan
hamparan laut lepas ada juga pohon-pohon kamboja yang tumbuh di rumah
warganya, pokoknya keren banget. Gak betah diem aja akhirnya ngajakin
kenalan mas sebelah, namanya mas Yono, beliau kerja di PLN dan asli
orang Surabaya. Cerita soal kabel, bahasa Bali, obyek wisata di Bali
sampe ngemilin kacang rebus yang dibeli di terminal Negara. Seru, cuma
saya banyak terlelap didalam bus, ngantuknya ga nahan euy.
Pukul 13.05 dan perjalanan terhenti karena bus sudah memasuki terminal Gilimanuk. Horraaayyy....akhirnya naek ferry, kenapa saya antusias? karena ini tuh kali keduanya saya naik kapal ferry setelah 3 bulan yang lalu ketika saya ke Tenggarong. Bayar tiket 6rb...criiiing dan naiklah saya kedalam ferry dan langsung menuju lantai 2, ruangan khusus penumpang. Di ferry ternyata sama seperti di dalam bus, ada toilet, TV, mushola bahkan kantin juga ada. Perjalanan Gilimanuk-Ketapang tidak terlalu lama, hanya sekitar 1 jam namun berasa banget damai. Sapuan angin yang menyergap saya, birunya laut dan pemandangan yang luar biasa menjadikan penyebrangan ini semakin berkesan. Sayangnya menjelang Ketapang langit mendadak tak bersahabat, mendung euy. Btw, kok saya gak liat kumpulan anak yang menyelam untuk mencari koin atau uang yang dilempar penumpang ke laut yah? Bukannya di Ketapang atau Gilimanuk ada yah? Ato emang saya aja yang sotoy??? hahahaha. Ya sudah, lupakan saja...
Tiba di Ketapang dan kembali berkutat dengan angkot. Menuju stasiun Banyuwangi Baru untuk menukarkan tiket kereta. Stasiun Banyuwangi Baru tidaklah jauh, cukup berjalan kaki sekitar 15 menit saja dari pintu keluar pelabuhan atau naik ojek 5rb kita sudah sampai disana. Stasiun Banyuwangi Baru bukanlah stasiun besar, namun menurut saya stasiun ini lumayan cantik dengan pemandangan hijau disekitarnya. Sangat disayangkan karena bangunan ini kurang dirawat. Hujan yang barusan saja mengguyur Ketapang dengan derasnya, membuat lantai stasiun banjir karena atap stasiun bocor.
Pukul 13.05 dan perjalanan terhenti karena bus sudah memasuki terminal Gilimanuk. Horraaayyy....akhirnya naek ferry, kenapa saya antusias? karena ini tuh kali keduanya saya naik kapal ferry setelah 3 bulan yang lalu ketika saya ke Tenggarong. Bayar tiket 6rb...criiiing dan naiklah saya kedalam ferry dan langsung menuju lantai 2, ruangan khusus penumpang. Di ferry ternyata sama seperti di dalam bus, ada toilet, TV, mushola bahkan kantin juga ada. Perjalanan Gilimanuk-Ketapang tidak terlalu lama, hanya sekitar 1 jam namun berasa banget damai. Sapuan angin yang menyergap saya, birunya laut dan pemandangan yang luar biasa menjadikan penyebrangan ini semakin berkesan. Sayangnya menjelang Ketapang langit mendadak tak bersahabat, mendung euy. Btw, kok saya gak liat kumpulan anak yang menyelam untuk mencari koin atau uang yang dilempar penumpang ke laut yah? Bukannya di Ketapang atau Gilimanuk ada yah? Ato emang saya aja yang sotoy??? hahahaha. Ya sudah, lupakan saja...
Tiba di Ketapang dan kembali berkutat dengan angkot. Menuju stasiun Banyuwangi Baru untuk menukarkan tiket kereta. Stasiun Banyuwangi Baru tidaklah jauh, cukup berjalan kaki sekitar 15 menit saja dari pintu keluar pelabuhan atau naik ojek 5rb kita sudah sampai disana. Stasiun Banyuwangi Baru bukanlah stasiun besar, namun menurut saya stasiun ini lumayan cantik dengan pemandangan hijau disekitarnya. Sangat disayangkan karena bangunan ini kurang dirawat. Hujan yang barusan saja mengguyur Ketapang dengan derasnya, membuat lantai stasiun banjir karena atap stasiun bocor.
Ngangkot lagi dan alhamdulillah akhirnya saya sampai juga di tujuan
saya, Desa Tembokrejo Kec. Muncar Banyuwangi dan bertemu dengan keluarga
Alm. Om Marno. Sudah lama saya tak bersua dengan Bulik Tini, Nia,
Niglen dan si kecil Niken. Cerita mengenai mendiang Om Marno, kehidupan
Bulik Tini sekeluarga, gossip keluarga dan tentunya info spot wisata di
Banyuwangi...hahahaa, lengkap bukan obrolan kami?. Capeknya masih berasa
euy, selepas ketawa dan ngobrol ngalor ngidul akhirnya saya terkapar
dan pulas tertidur..zzzz...zzz..
31 Desember 2012
Gak ujan sih, cuma efek ngangkot kemaren masih berasa. jadi siang ini
cuma hunting foto di pelabuhan saja. Ternyata di Banyuwangi juga banyak
etnis Madura, jadi bahasa yang digunakan selain bahasa Jawa, bahasa
Madura pun sering saya dengar disini. Saya lupa apa nama pelabuhan di
Muncar ini, memasuki pelabuhan terdapat pasar ikan dan tentunya puluhan
bahkan ratusan kapal bersandar disitu. Kapal disini unik, artistik dan
pastinya keren banget. Layaknya kapal bajak laut, ditengah kapal
terdapat tiang pancang besar dan diatasnya bertengger sebuah kursi yang
mungkin digunakan untuk melihat keadaan sekitar. Selain itu di belakang
kursi pandang terdapat gambar-gambar yang menarik, ada gambar pahlawan,
wanita cantik ataupun gambar pemilik kapal (mungkin yah...karena dibawah
gambar ada namanya hehehe).
Sebenarnya pagi tadi saya ingin kabur ke Ijen, tapi karena satu dan
lain hal akhirnya saya tangguhkan dulu. Biarlah Ijen dan teman-temannya
mananti saya di kunjungan berikutnya. Siangnya
saya ikutan sepupu saya ke Jember, ingin tahu kotanya Dewi Persik,
apakah sama seksinya dengan sang pedangdut asal Jember itu. Perjalanan Banyuwangi Jember memakan waktu hampir
2,5
jam. Namun saya tidak kecewa, hanya dengan 15rb...criiiing kita akan
disuguhkan pemandangan cantik ketika kita melintasi pegunungan
Gumitir. Sumpah...keren banget. Tiba di Jember sudah magrib, dan
untungnya sepupu saya sudah dijemput oleh tunangannya di terminal
Jember. Muter-muter kota Jember dan singgah makan di Pujasera, banyak
makanan ditawarkan disini, and you know what...makanannya tuh enak dan
muraaaahhhh.
Karena sepupu saya memang ada acara di Tanggul, Jember akhirnya saya pun menumpang sampai stasiun Tanggul. Jember padat saat itu, maklumlah sekarang tanggal 31 Desember...mendekati moment pergantian tahun dan saya memang sedang menghindari kebisingan. Tiba di Tanggul sudah jam 22.00, stasiun Tanggul tidak jauh dari alun-alun Tanggul, jadi secara tidak langsung saya masih bisa menikmati keceriaan tahun baru meskipun tak seramai dan seheboh di Jember. Sepertinya saya harus mengikhlaskan untuk bertahun baru di stasiun ini. Sepupu saya sih ga tega ninggalin kakak gantengnya sendirian tapi saya meyakinkan kalo saya akan baik-baik saja. Mutiara Timur akan singgah di stasiun Tanggul sekitar pukul 01.20, jadi masih banyak waktu yang bisa saya habiskan disini. Berkenalan dengan mas "something" (maap mas, saya lupa euy) yang baru saja membawa serta keluarganya melihat kemeriahan tahun baru di alun-alun Tanggul. Kebetulan rumah mas something berada dekat dengan stasiun dan sayapun ditawari kopi dan keripik singkong. Agak ragu sebenarnya, karena ditempat saya berada memang banyak anak muda yang hilir mudik bergerombol dan kadang menghampiri si mas something ini. Tapi saya melihat mas something ini memang original baiknya, bukan KW hahahaha. Sampai pada suatu kejadian dimana didepan ruko tempat saya berada ada anak kecil yang tidur dengan pulasnya. Ketika si bocah terbangun, mas something segera menghampiri bocah itu dan menanyakan kenapa si bocah bisa berada disini. Saya sedikit paham obrolan antara si bocah dengan mas something, namun ketika si bocah gak begitu paham dengan bahasa Jawa dan mas something merubah bahasanya menjadi bahasa Madura sayapun melambaikan bendera putih....saya nyerah, ga ngerti sama sekali woy. Akhirnya sayapun memahami kalau si bocah memang kabur dari rumah. si bocah tinggal bersama neneknya dan orang tua bocah berada di Denpasar. Entah apa alasannya namun saya rasa memang ada konflik keluarga, mas something langsung menawarkan untuk mengantarkan si bocah pulang. Sebelumnya si bocahpun sudah ditawari makan dan minum oleh mas something, namun si bocah menolak. Akhirnya mas something meminta bantuan rekannya untuk mengantarkan si bocah sampai mendapatkan bis menuju rumahnya dan dibekali sejumlah uang. Yang paling saya inget dari mas something adalah dia pernah bilang, "hidup itu simple...hidup itu sederhana, namun kitalah yang membuatnya ruwet". Setuju banget sama mas something ini...
Pukul 00.00...ternyata untuk kota kabupaten seperti Tanggul ini, gempita tahun baru juga terlihat meriah. Pekikan terompet dan dentuman kembang api terdengar sampe tempat saya berada saat ini. Tidak begitu lama memang, namun saya bisa merasakan orang-orang disana bergembira merayakan moment tahun baru ini. Ga ada yang special dengan tahun baru bagi saya, yang jelas umur bakalan berkurang...apa harus dirayakan? Kembali terlibat perbincangan dengan mas something sembari menunggu si Mutiara Timur. Tepat pukul 01.20 terdengar pluit dari dalam stasiun, dan mas something masih sempet-sempetnya nganterin saya masuk kedalam kereta...luar biasa memang si mas something.
Karena sepupu saya memang ada acara di Tanggul, Jember akhirnya saya pun menumpang sampai stasiun Tanggul. Jember padat saat itu, maklumlah sekarang tanggal 31 Desember...mendekati moment pergantian tahun dan saya memang sedang menghindari kebisingan. Tiba di Tanggul sudah jam 22.00, stasiun Tanggul tidak jauh dari alun-alun Tanggul, jadi secara tidak langsung saya masih bisa menikmati keceriaan tahun baru meskipun tak seramai dan seheboh di Jember. Sepertinya saya harus mengikhlaskan untuk bertahun baru di stasiun ini. Sepupu saya sih ga tega ninggalin kakak gantengnya sendirian tapi saya meyakinkan kalo saya akan baik-baik saja. Mutiara Timur akan singgah di stasiun Tanggul sekitar pukul 01.20, jadi masih banyak waktu yang bisa saya habiskan disini. Berkenalan dengan mas "something" (maap mas, saya lupa euy) yang baru saja membawa serta keluarganya melihat kemeriahan tahun baru di alun-alun Tanggul. Kebetulan rumah mas something berada dekat dengan stasiun dan sayapun ditawari kopi dan keripik singkong. Agak ragu sebenarnya, karena ditempat saya berada memang banyak anak muda yang hilir mudik bergerombol dan kadang menghampiri si mas something ini. Tapi saya melihat mas something ini memang original baiknya, bukan KW hahahaha. Sampai pada suatu kejadian dimana didepan ruko tempat saya berada ada anak kecil yang tidur dengan pulasnya. Ketika si bocah terbangun, mas something segera menghampiri bocah itu dan menanyakan kenapa si bocah bisa berada disini. Saya sedikit paham obrolan antara si bocah dengan mas something, namun ketika si bocah gak begitu paham dengan bahasa Jawa dan mas something merubah bahasanya menjadi bahasa Madura sayapun melambaikan bendera putih....saya nyerah, ga ngerti sama sekali woy. Akhirnya sayapun memahami kalau si bocah memang kabur dari rumah. si bocah tinggal bersama neneknya dan orang tua bocah berada di Denpasar. Entah apa alasannya namun saya rasa memang ada konflik keluarga, mas something langsung menawarkan untuk mengantarkan si bocah pulang. Sebelumnya si bocahpun sudah ditawari makan dan minum oleh mas something, namun si bocah menolak. Akhirnya mas something meminta bantuan rekannya untuk mengantarkan si bocah sampai mendapatkan bis menuju rumahnya dan dibekali sejumlah uang. Yang paling saya inget dari mas something adalah dia pernah bilang, "hidup itu simple...hidup itu sederhana, namun kitalah yang membuatnya ruwet". Setuju banget sama mas something ini...
Pukul 00.00...ternyata untuk kota kabupaten seperti Tanggul ini, gempita tahun baru juga terlihat meriah. Pekikan terompet dan dentuman kembang api terdengar sampe tempat saya berada saat ini. Tidak begitu lama memang, namun saya bisa merasakan orang-orang disana bergembira merayakan moment tahun baru ini. Ga ada yang special dengan tahun baru bagi saya, yang jelas umur bakalan berkurang...apa harus dirayakan? Kembali terlibat perbincangan dengan mas something sembari menunggu si Mutiara Timur. Tepat pukul 01.20 terdengar pluit dari dalam stasiun, dan mas something masih sempet-sempetnya nganterin saya masuk kedalam kereta...luar biasa memang si mas something.
Mutiara Timur tidaklah penuh, banyak kursi kosong sehingga saya tidak
perlu mencari tempat duduk sesuai yang tertera di tiket. Mencoba
memejamkan mata namun sulit, ya sudahlah...dengerin mp3 saja. Tiba di
Wonokromo pukul 04.30, sholat subuh dan saya harus bergegas ke bandara
mengejar flight pagi.
1 Januari 2013
Selepas sholat subuh sayapun dihadang oleh tukang ojek dan taksi yang
menawarkan jasanya. Taksi menuju bandara dibandrol 70rb sedangkan ojek
menuju terminal Bungurasih 20rb. Coba sok ngerti daerah Surabaya sembari
clingak clinguk cari angkot, akhirnya dapet juga angkot ke Bungurasih
dengan tarif 5rb...criiing. Nunggu sekitar 1/2 jam baru dapet DAMRI ke
bandara, bayar 15rb...criiiing.
Setibanya di bandara sebuah message BBM masuk, ternyata dari Indra yang juga sedang berada di Surabaya dan sedang menuju bandara. Waduuhhh...lama juga ga ketemu sama Indra, tapi sayangnya flight saya lebih dahulu. C'mon koh Indra, catch me if you can...hahaha. Disaat saya berharap penerbangan delay malah on schedule, jadi saya hanya berpapasan saja dengan Indra. Ketika saya boarding Indra baru saja tiba. Baiklah, kita ketemu di Jakarta saja...entah kapan itu. Kembali ke Balikpapan dengan serangkaian peristiwa menarik yang saya alami kemarin membuat saya tak kapok untuk bersolo traveling. Yang pasti saya benar-benar menikmati setiap detik perjalanan kali ini. Emmhhh...jadi kepikiran jalan lagi, tapi ga enaknya jalan sendiri tuh foto kita bakalan minim banget, soalnya kita harus cari orang buat motoin kita dan mendadak mati gaya pas mau di foto :(.
Matur suwun buat Tony yang udah nawarin tempat tinggalnya, mas Yono untuk kacang rebusnya, Kel. Alm. Om Marno untuk kehangatan dan ikan asinnya, Andre untuk tumpangan ke Tanggul, mas something untuk kopi, kripik singkong dan "hidup itu sederhananya", juga Koh Indra yang nyaris aja ketemu...Kalian luar biasa !!!
setuju dengan pendapat solo travelling memang minim poto kita, tapi tidak masalah buat traveller seperti saya yg tidak suka narsis ha ha ha *kaborrr
BalasHapusfakhruddin m
Isshhh bang fakh, ga eksis dan narsis itu rasanya menderita sangadhhh hahahaha
BalasHapusmet ganti kalender yah. semoga resolusinya di 2013 tercapai
BalasHapusSama2 mbauwi, semoga resolusi untuk segera menikah terjadi ditahun ini...amin :)
BalasHapus