Libur di tengah hari kerja? Mmmhh…bagaikan oase yang menyejukkan meskipun cuma sesaat. Saya pikir lumayanlah untuk merecharge energi yang sempat terkuras setelah 2 hari bekerja, tapi sepertinya hal tersebut belum berlaku terhadap saya. Karena ajakan dan bujuk rayu seorang sahabat akhirnya saya pun memutuskan untuk mengisi liburan yang hanya satu hari tersebut dengan cara bercengkrama dengan moda transportasi kereta api. Alternatifnya adalah Bogor, Jakarta Kota, dan Bandung. Mengingat tahun lalu kami sudah dibuat pusing lantaran berputar putar dengan angkot di Bogor hanya sekedar mencari Macaroni Panggang maka Bogor kami skip. Kebetulan minggu kemarin saya eksis di seputaran Kota Tua, Monas dan HI, kembali diputuskan tidak untuk tempat ini. Pilihan pun akhirnya jatuh pada kota kembang Bandung. Kamipun sepakat menggunakan Argo Parahyangan menuju Bandung dengan jadwal keberangkatan pukul 06.57 dari stasiun Jatinegara esok.
Pagi itu 29 Juni 2011 pukul 05.30…
Musim liburan sekolah seperti saat ini membuat stasiun Jatinegara membludak, antrian memanjang bahkan sampai keluar stasiun. Antusiasme masyarakat untuk menggunakan moda trasportasi yang satu ini memang tidak pernah surut, faktor harga dan waktu merupakan salah satu alasan mengapa masyarakat masih bertahan dengan moda si ‘ular besi’ ini meskipun fasilitas yang diperoleh bisa dikatakan jauh dari kata ‘Layak’ untuk kereta api kelas Ekonomi. Pukul 07.30 loket pembelian dibuka, antri dan ternyata kursi untuk kelas Bisnis sudah habis terjual. Mau tak mau terpaksa kami membeli kursi Eksekutif dengan tarif Rp. 60.000/org. Agar memudahkan kami dalam hal kembali ke Jakarta kamipun membeli tiket kembali untuk kepulangan pukul 20.05 dari Bandung untuk kelas Bisnis dengan tarif Rp. 30.000/org….criiiiing.
Argo Parahyamgan |
Ketemu bocah lucu ini di dalam kereta |
Untungnya saya masih menyimpan nomor telepon seorang rekan dari komunitas backpacker yang berdomisli di Bandung. Yups, saya hubungi Abie dan Abie dengan keikhlasannya menawarkan kami bantuan untuk menjelajah Bandung. Saya sebelumnya sudah menghubungi sahabat saya yang memang sedang berdomisli di Bandung juga, Krisna. Abie memberikan alternatif untuk menikmati kota Bandung, saya sendiri memang ingin merasakan suasana Bandung yang berbeda. Bukan dengan berbelanja di FO atau sekedar nongkrong di Mall. Mengingat saya sudah memesan tiket pulang mau tak mau saya juga harus berlomba dengan waktu. "Cartil, Punclut atau Bukit Bintang aja Gum, bagus tuh viewnya apalagi kalo malam", begitu kata Abie. Sayapun merespon dengan sumringah, dan mengiyakan untuk menuju Cartil alias Caringin Tilu.
Nun jauh disana kota Bandung |
Awan yang menggelayut di atas Caringin Tilu |
Tak jauh dari tempat kami berdiri terdapat rumah makan Dapur Caringin Tilu, kamipun segera bergegas menuju tempat tersebut. View yang ditawarkan ditempat ini benar-benar menakjubkan. Bandung terlihat indah dari ketinggian. Kerlap kerlip lampu berwarna kuning keemasan segera berpijar tak kala senja menyapa. Menikmati makan malam dengan suguhan pemandangan kota Bandung benar-benar memberikan sensasi tersendiri. Suasana damai seperti ini hampir membuat kami terlena, kami harus kembali berpacu dengan waktu untuk kembali ke stasiun. Kereta yang membawa kami akan berangkat pukul 20.05 dan kami harus tiba sebelumnya. Pukul 19.47 kami tiba di stasiun, tak lupa kami berterima kasih pada kang Abie dan Krisna yang sudi memberikan kami suguhan yang luar biasa.
Pukul 20.05
Argo Parahyangan meninggalkan Bandung menuju Jakarta, dan sayapun akhirnya terlelap...