Dengan 10 RM, bus Mayang Sari bertolak dari Malaka Sentral menuju TBS (Terminal Bersepadu Selatan). Terminal bus milik Malaysia ini cukup besar, modern yang terpenting sudah terintergrasi dengan moda transportasi lainnya seperti KTM Komuter, LRT, KLIA Express maupun RapidKL Buses.
Mengingat kereta yang akan kami tumpangi ke Butterworth terjadwal pukul 23.00,
dan kami tiba di TBS pukul 18.00 jadi kami masih punya waktu sekitar 5 jam sebelum ke Penang. Awalnya kami sepakat mengunjungi
Petronas tetapi khawatir akan khilaf dan bakalan lama disana maka
kami ubah rute menuju Batu Caves.
|
Tiket KTM |
|
Inside the KTM |
Batu Caves dekat dengan Kuala
Lumpur, hanya butuh sekitar ½ jam dari KL Sentral. Sayangnya kami tiba
menjelang sore dan sudah pukul 18.45 waktu itu. Rada parno juga awalnya karna
sudah agak malam tapi tetep ya, untuk spot
yang free akan kami jabanin meskipun kami harus pontang panting. Tiba di Batu
Caves dan bau dupa serta aroma khas India memenuhi indra penciuman kami. Khas banget baunya dan jujur kami kurang begitu sreg dengan
aroma ‘aneh’ itu. Mulai menapaki areal Batu Caves dan terlihat tangga menuju gua yang kami prediksi berjumlah ratusan anak tangga. Kok mendadak lemes ya hahaha, akhirnya kami urungkan niat untuk menjelajah goa lebih dalam.
Cukup narsis di depannya sajah…sudah cukup buat kami, toh malam itu daerah Batu Caves diguyur hujan. Khawatir ketinggalan KTM komuter, kamipun segera bergegas ke stasiun Batu Caves menuju KL Sentral dan KTM komuter pun meninggalkan stasiun Batu Caves pukul 20.00.
Berikut penampakan malam di Batu Caves...
|
Menatap Dewa Murugan |
|
Hanoman |
|
Cincinnya Desi nyaingin Cincinnya Dewa Murugan |
|
Ratusan anak tangga yang membuat down kami urung naik |
|
Salah satu kuil di Batu Caves |
Tiba di KL Sentral dan rasa lapar
mulai membuat otak kami hang. Mampir ke medan selera di lantai atas stasiun, liat-liat menu makanan yang ada tapi akhirnya kami malah menyambangi sebuah minimarket yang terletak diujung pintu masuk. Beli mie cup 6 biji (masing-masing 2 cup) plus beli air
mineral. Pas mo bayar ternyata pramuniaganya orang Condet dengan bahasa betawi cablaknya…ya
udah, kami panggil si pramuniaga tersebut dengan sebutan Somad. Bang Somad seneng banget ngeliat kehadiran kami, dia bilang udah kelu lidahnya pake bahasa melayu. Bang Somad bisa dengan ributnya ngomong bahasa Indonesia dengan logat betawi kentalnya sembari bercerita panjang lebar soal dirinya yang bekerja di Malaysia. Bang Somad pun berbaik hati mengajak kami berpusing-pusing di KL esoknya karena beliau off. Tapi
sayang, kami harus ke Penang malam nanti. Agak disayangkan sih, kami dapat guide gratis buat keliling KL...Free euy, freeeee..tapi waktunya ga tepat. Next time aja ya bang :)
Senandung Mutiara sedikit
terlambat, jadwal seharusnya sih pukul 23.00 tetapi si ular besi itu baru mulai meninggalkan KL Sentral pukul
23.30. Kami menumpang kereta malam dengan tujuan tidak mengeluarkan budget
untuk menginap, toh kereta yang kami naiki merupakan sleeper train. Kami pilih
seat yang memungkinkan untuk kami beristirahat. Agak lama juga berada di dalam
kereta, sekitar 6-7 jam perjalanan dan kami tiba di Butterworth keesokan
harinya pukul 07.15
Keluar dari stasiun Butterworth
dan sedikit berjalan kaki menuju pelabuhan untuk menaiki ferry menyebrangi selat menuju Pulau Pinang. Bila mengendarai bus bisa menggunakan jembatan yang
menghubungkan daratan di semenanjung Malaka dengan pulau Pinang. Lupa waktu itu
bayar berapa, kayaknya sih sekitar 1,5 RM untuk menyebrang. Cuma sebentar kok,
hanya sekitar 30 menit saja kita sudah sampai di pelabuhan Georgetown. Dari jauh
tampak pelabuhan yang cukup menarik dengan bangunan semi kolonial.
|
Stasiun Butterworth |
|
Menuju Pelabuhan |
|
Dalam kapal Ferry |
|
Georgetown Harbor |
Kesalahan terbesar kami adalah, kami tidak mempunyai
bekal informasi mengenai Penang. Tak ada peta
dan kamipun belum tau nantinya akan kemana. Menumpang free cat shuttle dan
turun di Komtar, terminal yang menghubungkan semua jalur darat di
kota ini. Awalnya mau ke Penang Hill namun karena sudah menjelang siang kami
putuskan melihat sleeping Budha. Tanya-tanya sama polisi setempat kemudian naik bus yang
diarahkan si polisi tersebut dan ternyata kami malah tiba di Kek Lok Si Temple. Meskipun salah tujuan
namun kami berusaha menikmatinya. Selayaknya sebuah kuil, Kek Lok Si merupakan kuil agama Budha terbesar dengan pagoda dan patung Dewa Kuan Yin yang besar di Penang. Desi yang masih nggak ngeh masih aja nanya
dimana letak sleeping budha di areal tersebut pada pasangan asal Indonesia
yang kami temui. “Bukan disini tempatnya, adanya di Burma,” begitu jawabnya.
Apaaaaahhhh???!!! Dengan lebay-nya Desi nganga tidak percaya.
|
Depan pagoda Kek Lok Si |
|
Patung Budha |
|
Ada kura-kura di kolamnya loh |
|
Bangunan di tengah kuil |
|
Tampak bukit, ternyata kuil ini dibangun di dataran tinggi |
|
Tetep narsis |
|
Bedakan mana yang patung mana yang bukan hahaha |
|
Free Cat Shuttle |
Lelah menapaki
tangga-tangga di kuil tersebut akhirnya kami keluar juga dari Kek Lok Si. Kembali berjalan kaki lagi di
siang yang teriknya luar biasa munuju shuttle RapidKL Bus. Tujuan kami selanjutnya
adalah menyasarkan diri di seputaran Georgetown. Naik bus lagi dan kami tertidur
dengan pulasnya dan tau-tau kami terbangun dan sudah berada kembali di pelabuhan…Aaarrghhhh. Terpaksa
turun trus dan memanjakan perut kami di warung yang terletak di seberang pelabuhan. Enak, nggak terlalu mahal dan bisa ketemu sama es
teh manis (Tea O Ice/teh sejuk).
Menuju komtar lagi dan turun sebentar di daerah entah apa namanya, pokoknya ada taman kota Malaka dan Fort Cornwallis. Tadinya mo cari es kelapa muda tapi malah jalan terus menikmati udara laut
sembari bermain dengan merpati yang terbang kian kemari di sepanjang jalan lebuh pantai.
|
RapidKL Shelter |
|
Lembaga Hasil Dalam Negri? |
|
Merpati di sepanjang jalan lebuh pantai |
|
Bukan Jam Gadang |
|
Areal Jalan Padang Kota Lama |
|
Bangunan di Padang Kota |
|
Ceritanya Prewed |
|
Taman Kota Lama |
|
Fort Cornwallis |
Ga terasa kami sudah
menghabiskan banyak waktu lagi ditempat ini, saatnya menuju bandara untuk mengejar pesawat ke bandara
Bayan Lepas, karena kami akan melanjutkan penerbangan ke Jakarta malam harinya
dari LCCT. Tadinya saya sudah berniat menumpang taksi tapi kami pikir akan
lebih hemat menumpang bus. Turun dari bus langsung sprint karena tinggal 30 menit lagi pesawat take off. Check in dan apa yang terjadi sodara-sodara, kami tidak diperbolehkan boarding karna gate sudah ditutup. Coba bicara dan
menghiba untuk tetap bisa diikutkan terbang namun sia-sia. Dan ketiga bocah lucu inipun terdampar di Bandara Bayan Lepas. Tiket PEN-KL, KL-JKT hangus sudah dan
kami terpaksa sibuk mencari alasan bagaimana besok kami tak datang ke kantor. Saya dan koko sudah pusing, uring-uringan dan stress lantaran ketinggalan pesawat. Beli simcard lokal
(lagi) dan coba hubungi orang rumah. Browsing tiket dan ternyata harga tiket
PEN-JKT ato KL-JKT udah ga bisa di tolelir, 1,2 jt seorangnya, mo bunuh
kita apa yah?
|
Tiket Senandung Mutiara |
|
Tetep senyum meskipun ketinggalan pesawat |
|
Capek fisik, capek hati dan capek dompet hahaha |
Akhirnya berkat jaringan wifi
bandara saya terpaksa booking Mandala Tiger untuk esok hari dengan harga tiket
setengahnya dari AA namun keberangkatan dari LCCT, terpaksa malam ini menuju KL
kembali. Sudah pukul 20.00 waktu itu, dan kami akan menggunakan Senandung Mutiara kembali dari Butterworth. Sekitar pukul 21.00 kami tiba di pelabuhan.
Menumpang Ferry dari Penang ke Butterworth, dan kali ini tidak perlu bayar. Kami langsung
menuju stasiun untuk beli tiket kereta, sudah ada 3 orang bule dan orang thailand yang mengantri. Perjalanan malam ini kami tempuh kembali dengan kereta, tiba
di KL Sentral sudah jam 7.30…telat 1 jam dari jadwal yang tercetak pada tiket.
Tetep ya, karna belom foto di twin tower kami kembali kepikiran menuju sana
tapi segera kami urungkan karena jarak antara KL Sentral dengan LCCT cukup jauh
sehingga kami skip foto di menara kembar itu. Rada bingung nyari bus ke
LCCT karena KL Sentral lumayan besar untuk ukuran stasiun kereta api. Dengan sedikit nyasar akhirnya ketemu juga dengan aerobus yang menuju LCCT setelah muter-muter sampe keluar KL Sentral. Bayar
tiket 8 RM dan sejam kemudian kami tiba di LCCT. Antrian sudah mengular
ternyata, check in dan sejam kemudian kamipun sudah berada di dalam Mandala untuk kembali ke ibukota, Jakarta.
Bila esok saya mendapat banyak
rezeki dan tiket promo lagi, maka saya akan:
1. Merencanakan
perjalanan dengan membuat itin yang jelas, bila plan A tidak sesuai maka saya
juga sudah menyiapkan plan B
2. Bawa
peta, karena peta berguna bila posisi saya tak terarah
3. Mencari
informasi sebanyak-banyaknya tentang daerah yang akan saya kunjungi
4. Belajar
bahasa daerah setempat, at least belajar bahasa Inggris jadi ga plonga plongo
5. Siapin
dana di kartu debit/kredit, buat jaga-jaga kalo terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan (mau ga mau harus nabung)
6. Menerapkan
quality time bila ngetripnya dengan waktu yang mepet dan budget ngepas
7. Inget
waktu dan berhenti narsis foto-foto ga jelas, jadi ga akan ketinggalan pesawat !!!
Itulah sekelumit cerita
tentang kami, 3 bocah unyu dan mempesona yang terdampar dengan elegannya di
negri tetangga namun tetap ceria sepanjang perjalanannya. Semoga kalian tidak mengalami hal yang sama dengan kami and last but not least...
Happy traveling guys.
Assalamualaikum wr. wb.
BalasHapusPerkenalkan, saya Fadhil.
Wahh...cerita nya seru banget bro. Btw, aku juga tgl 23 okt 2013 berangkat ke Malaysia (KL-Penang) bareng kedua ortu. Bukan perjalanan hardcore backpacker sih krn sama ortu, tapi aku berusaha siapin intinerary sebaik-baiknya. Bahkan sampai beberapa kali revisi. Meskipun nggak mutlak itin itu harus diikuti, tapi aku percaya itin yg baik akan sangat membantu, krn kita punya pegangan dan alternatif. Ibarat kata itu udah 50% keberhasilan perjalanan kita, 50% nya lagi eksekusi di lapangan. Soalnya itin itu soal time and budget management, sesuatu yg krusial bgt dalam perjalanan. Kita pun merasa lebih tenang. Soalnya aku pengalaman juga dgn management traveling berantakan krn nggak diatur dgn baik, jatohnya malah lebih gede ruginya dari untungnya. Kecuali kalau kita udah expert benar, pun waktu dan dana bukan masalah, nggak pa pa deh pergi melenggang go show.
Keep writing and sharing ya bro...sukses selalu
Salam kenal juga mas fadhil, semoga tripnya menyenangkan yah. Jangan lupa oleh-olehnya mampir ke Jakarta hehehehe
BalasHapus