Jarum jam baru menunjukkan pukul
04.00 dini hari, kegelapan masih berkuasa meski ratusan bintang tertempel
cantik di langit Dieng. Semilir angin menghembuskan hawa dingin yang begitu
terasa menusuk pori-pori kulit. Enggan rasanya keluar dari sleeping bag yang membungkus
tubuh saya semalaman, namun saya harus bangkit dan mencoba mengabaikan semua
itu…demi sang mentari.
Saya pun mulai mencari debu disekitaran
tenda dan bertayamum, semenit kemudian sayapun siap menghadap sang empunya
alam. Sayang, subuh saya diusik dengan musik dari tenda sebelah. Tenda yang
berisi sekumpulan pemuda itu semalaman menyetel lagu-lagu yang tidak saya
pahami. Gila kali yah, ke gunung bawa radio…gak sekalian aja bawa home theater
!!! Dongkol bercampur mangkel membuat saya menyudahi ibadat saya. Entahlah,
mungkin saja mereka sedang mencoba
menunjukkan eksitensi mereka dengan segala ego sehingga tak peduli dengan
mereka yang menapaki 3 jam perjalanan dengan maksud menikmati ciptaan Tuhan
ini. Bergegas menyiapkan handphone berkamera, tak mau kehilangan moment dan sayapun sudah
bergabung dengan Indra, Yayah, Andi dan rekan lainnya.
Setengah jam pun berlalu, saya
masih berusaha melawan hawa dingin yang terus merangsek masuk kedalam jaket, sayapun
masih merasakan gemeretak gigi lantaran dingin yang luar biasa. Moment itu tiba
juga, semburat emas mulai saya rasakan melalui indra penglihatan. Rasa hangat mulai
menjalari kulit saya, mengusir dingin yang tadinya meraja. Subhanallah…indah nian
kawan.
Latar belakang Sindoro Sumbing |
Waiting for sunshine |
Kembali menuju Petak banteng
dengan rute candi, melewati padang sabana dan bukit teletubies. Diujung bukit
terlihat telaga warna dari kejauhan, melewati hutan teduh dengan sedikit rintik
hujan membuat perjalanan kami berwarna. 3 jam perjalanan tidaklah begitu kami
rasakan, permainan tebak “bisa jadi” membuat waktu terasa singkat. Tawa, canda
dan coklat choki-choki menghiasi perjalanan kami.
Pendakian kali ini hanyalah sekedar
cerita indah tentang keindahan, persahabatan dan kebersamaan yang terukir
bersama laju kereta Gaya Baru Malam Selatan. Kembali ke
Jakarta, kembali pada dunia ‘nyata’ dengan segala ceritanya.
Thanks to :
1. Yayah and the girls yang udah masakin kita makanan terlezat selama disana
2. Koh Indra + Cici Wati yang udah traktir mie ongklok
3. Neng Regi yang udah menjadikan bang Andy item buat bahan tebak "bisa jadi"
4. Tante Rina + Dewi yang udah jauh-jauh dari Semarang dan Bali buat gabung
5. Randy yang nyaris ga ikutan tapi jadi hero karena udah jadi Mr. Green yang rela angkut sampah-sampah kita
Last but not least, thanks to Allah SWT yang telah memperlihatkan secuil surga di tanah Dieng
Thanks to :
1. Yayah and the girls yang udah masakin kita makanan terlezat selama disana
2. Koh Indra + Cici Wati yang udah traktir mie ongklok
3. Neng Regi yang udah menjadikan bang Andy item buat bahan tebak "bisa jadi"
4. Tante Rina + Dewi yang udah jauh-jauh dari Semarang dan Bali buat gabung
5. Randy yang nyaris ga ikutan tapi jadi hero karena udah jadi Mr. Green yang rela angkut sampah-sampah kita
Last but not least, thanks to Allah SWT yang telah memperlihatkan secuil surga di tanah Dieng
bagus.... bagus... cuma coba pas foto sindoro sumbing nggak ada modelnya
BalasHapusIsshhh, kenapa sih? karena ada modelnya makanya tampak kece hahahaha
BalasHapus