Hari itu…Jum’at 1 Juli 2011
Syukurlah kerjaan yang menumpuk itu selesai juga, sayapun langsung bergegas menuju stasiun Tanah Abang. Pukul 18.45 saya tiba di stasiun dan bertemu dengan Esthi. Menuju ke peron tapi Ambar dan Ucup belum terlihat batang hidungnya sedangkan kereta akan bergegas pukul 19.30. Ambar memang berangkat dari Indramayu dan tiket dititipkan ke ayahnya. Ucup tiba pukul 19.05 dan Ambar masih belum terdengar kabar beritanya. Kami coba menghubungi ayahnya Ambar dan bertemu dengan beliau. Hp saya bergetar, ternyata sms dari Ambar yang mengabarkan dia masih terjebak macet di dalam busway di daerah Kramat Jati. Hadooooohhhh…gimana ini? Kamipun panik bukan kepalang mengingat 15 menit lagi kereta berangkat. Saking paniknya, ayahnya Ambar berkali-kali meminta saya untuk menghubungi Ambar untuk mengetahui keberadaan anaknya yang tidak seberapa itu. Langsung saya ambil hp dan coba menghubungi Ambar dan memintanya untuk segera turun dari busway dan langsung naik ojek ke Jatinegara. Pukul 19.25 kamipun menuju kereta Bengawan diantar ayahnya Ambar, makasih ya om sudah repot-repot dari Serpong hanya untuk mengantarkan tiket buat anak-anak lucu ini :). Oiya harga tiket kereta ekonomi menuju Jogja cuma 35k, cukup murah kan?
Pukul 19.30
Bengawanpun akhirnya membunyikan pluit panjangnya menandakan dia akan bergegas meninggalkan Jakarta. Bengawan mulai berjalan perlahan dengan gerbong-gerbong yang sudah sesak dengan penumpang dan kami masih berharap semoga saja Ambar bisa sampai di Jatinegara sebelum Bengawan tiba. Ditengah kekhawatiran soal Ambar yang masih terjebak macet, insiden tidak menyenangkan terjadi. Menjelang stasiun Manggarai oknum yang tidak bertanggungjawab melemparkan petasan kedalam kereta dan meledak mengenai jilbabnya Esthi…untungnya tidak terjadi apa-apa hanya saja jilbabnya Esthi yang sedikit terbakar. Ckckck…apa mereka tidak berfikir tentang keselamatan penumpang di kereta yah?
Kali ini Hp Esthi yang berbunyi, Ambar mengabarkan sudah berada di stasiun Jatinegara...syukurlah. Bengawanpun tiba di Jatinegara, kamipun masih harap harap cemas apakah Ambar masih bisa masuk kedalam kereta mengingat lonjakan penumpang yang gila-gilaan pada liburan kali ini. “Heeeyyy…kalian disini rupanya?”, kata Ambar. Thanks God, akhirnya kami dipertemukan juga dengan Ambar setelah terpisah berabad-abad wkwwkkkwkk.
Sabtu, 2 Juli 2011
Sesampainya di Lempuyangan kami langsung bergegas ke kamar mandi membenahi diri kami yang berantakan. Setelah dirasa tidak terlampau apek kamipun langsung menumpang kereta Prameks menuju stasiun Tugu, mengingat akses dari Tugu lebih mudah ketimbang dari Lempuyangan.
Gunung Api Purba Nglanggeran
Terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk Gunung Kidul, Gunung api purba ini memang agak tersembunyi. Jadi kalo dari kota Jogja kita ambil ke arah Wonosari, kurang lebih sekitar 1 jam perjalanan dengan mengendarai sepeda motor dari Kota Jogja. Sedikit tersesat menuju lokasi tersebut, mengingat lokasinya yang melalui desa-desa. Kamipun sesekali bertanya mengenai lokasi gunung tersebut pada masyrakat disana dan tak jarang kami harus membalik kendaraan kami karena terlewat. Satu kejadian menarik dimana ketika kami bertanya dan memutar balik kendaraan saya langsung menarik gas motor tanpa sadar Ambar tidak ada di jok belakang motor saya….ternyata Ambar ketinggalan, pantas saja tarikan motor saya kok jadi lebih ringan, wkwwkkkk. Setibanya disana kamipun membeli tiket masuk seharga 3rb/orang plus seribu untuk parkir motor. Memasuki areal Gunung purba ini mata kami dipaksa untuk melihat kemegahan dan kekokohan gugusan gunung ini. Jalur treking yang kami lalui lumayan menantang dan sesekali mulut kami berdecak kagum atas secuil keindahan ciptaan-Nya yang dahsyat ini. Melewati jalan setapak, jalur sempit bahkan mendaki batu terjal seperti layaknya seorang pendaki membuat kami bersemangat untuk menaklukan gunung ini hanya dengan waktu 1 jam saja hahaha. Untungnya saya ditemani sandal Cibaduyut seharga 35rb, jadi treking saya sedikit berwarna mengingat sandal yang saya kenakan bukanlah sandal gunung ;). Setelah menempuh perjalanan yang menguras air minum itu akhirnya kamipun tiba dipuncak. Dari atas gunung ini kami bisa melihat kebawah dimana hamparan ladang, kebun dan sawah yang hijau bagai karpet mushola...loh? Ditambah lagi dengan puluhan tower-tower yang menjulang menjadikan tempat ini berbeda. Luar biasa, saya tidak bisa menggambarkan kemegahan gunung ini dengan kata-kata. Bagi anda yang memang hobby treking dan suka akan keindahan bumi dilihat dari ketinggian, saya kira tempat ini layak untuk anda kunjungi.
Melanjutkan perjalanan…
Gua Pindul
Mulai masuk kedalam ban dan merasakan sejuknya air sungai ini, 3 orang pemandu siap menemani kami mengarungi Gua Pindul ini. Saya lupa siapa nama bapak yang memandu kami tapi beliau begitu ramah dan hangat sambil menjelaskan perihal Goa Pindul ini. Goa Pindul dibagi menjadi 3 zona, zona redup, zona gelap dan zona terang. Karena pemandu sudah dilengkapi dengan helm plus lampu maka kami bisa melihat gua ini dengan jelas.
Mulai menyusuri gua ini...
| Jembatan Sayidan |
| Makan di pinggirnya kali Code |
| Terdampar di Malioboro |
![]() |
| Notes di depan pintu masuk rumah Pa' Agus |
| Thanks for this home |
| Kediamannya Pa' Agus |
Minggu, 3 Juli 2011
Hoaaaamm…selamat pagi, hampir saja saya melewatkan shalat subuh. Jogja malam itu dingin luar biasa, jadi tidur saya tidak begitu nyenyak tadi malam. Keluar sebentar lihat-lihat jalan Godean langsung ngrepotin Pa’ Agus lagi. Kita mau menyewa motor lagi untuk setengah hari. Kali ini kami hanya bertiga, minus Joyo. Ambar yang tidak mempunyai SIM nekad membawa motor bersama dengan Esthi sedangkan saya cukup sendiri saja. Langsung menuju Prambanan tapi rencananya kita akan ke Candi Boko karena kemarin tidak sempat nyanset disana. Sesekali saya menunggu munculnya Ambar yang sempat tertinggal, lalu melanjutkan perjalanan kembali.
Candi Boko
Berkendaraan sekitar 45 menit dari kota Jogja, melewati jalan Solo, Kalasan dan menjelang candi Prambanan kita ambil arah ke kanan ke arah pasar Prambanan terus saja megikuti jalan tersebut. Kurang lebih 4-5 km dari pasar Prambanan sudah terlihat petunjuk Candi Boko. Harga tiket Rp.12.500/orang plus izin foto 5rb. Sayangnya kami datang pada waktu yang tidak tepat, kami datang siang hari padahal Boko cantik pada sore hari karena kita bisa melihat sunset secara jelas disini. Memasuki areal candi kami disabut oleh rusa tutul yang diberi pagar pembatas, karena belum sarapan akhirnya kami memutuskan untuk makan mie dengan membayar 5rb sambil bercengkrama dengan rusa-rusa tersebut. Kurang lebih 50 meter kami berjalan baru terlihat bangunan candi. Candi ini hampir sama dengan candi kebanyakan, hanya saja banyak bangunan candi yang tidak utuh. Menurut kami bagian candi yang masih terlihat megah hanya bangunan depan yang berupa 2 buah gapura tinggi. Gapura pertama memiliki 3 pintu sedang gapura kedua memiliki 5 pintu. Setelah memasuki kedua gapura tersebut anda akan melihat bangunan candi dan candi pembakaran. Menurut info yang saya dapat di areal ini terdapat sumur misteri yang berisi air suci dan gua lanang, tapi tidak sempat menemukannya karena kami agak enggan berpanas-panas ria. Karena siang itu terasa sangat terik kamipun menyudahi penjelajahan di istana Ratu Boko ini. Sepertinya saya perlu kembai ketempat ini untuk membuktikan sunsetnya
Kembali menuju kota Jogja…
Kembali menuju kota Jogja…
Kami harus berpacu dengan waktu mengingat kereta api Progo akan bergegas meninggalkan Jogja pukul 16.45. Saat itu sudah pukul 14.20 dan kami masih berada di Prambanan. Dalam perjalanan pulang karena saking hausnya kepala saya sesekali menoleh mencari-cari minimarket yang menjual minuman dingin. Setelah beberapa saat, mata saya pun tertuju pada Es Dawet berjejer di daerah Kalasan. “Mmmhhh, seger nih siang-siang ngedawet”, begitu kira-kira yang ada diotak saya. Akhirnya saya pun memberikan sign kiri tanda saya akan merapat ke tukang dawet. Srupuuuttt…mmh segernya, cukup 2rb/gelas anda bisa menikmati segarnya es dawet. Lanjut….
Istana Air Taman Sari
Setelah dahaga berkurang kami segera meluncur menuju Taman Sari. Kami pacu kuda besi kami menembus teriknya panas dan kemacetan menjelang memasuki kota Jogja. Langsung menuju TKP setelah sedikit bertanya dan kamipun tiba di areal Taman Sari. Terletak di sebelah barat kraton Jogja dibangun untuk tujuan menentramkan hati, istirahat dan rekreasi keluarga kerajaan. Dengan membayar 3rb/orang plus seribu rupiah untuk izin foto. Objek utama Tamansari ini adalah kolam air yang dikelilingi benteng setinggi 6 meter. Dahulu Tamansari berfungsi sebagai kolam pemandian para istri Sri Sultan Hamengkubuwono I. Lokasi ini cukup apik untuk dijadikan objek photografi, terlihat dari antusiasme pengunjung yang tidak melewatkan setiap sudut bangunan ini untuk dijadikan objek jepretannya. Sepanjang saya melintas terlihat para photografer dengan kamera dan lensa yang segede gaban mencari angle terbaik untuk jepretan mereka, dan karena bentuk bangunannya yang unik dan mewah membuat tempat ini masuk kedalam list untuk prewed saya nanti hahaha.
Selesai berfoto-foto ria kamipun segera bergegas menuju tempat oleh-oleh sekaligus mengembalikan motor ke pemiliknya, Pa’ Agus. Kamipun menuju Jl KS Tubun untuk membeli oleh-oleh khas Jogja Bakpia Patuk 25. Selesai belanja menuju Jl Pasar Kembang untuk mengembalikan motor. Setelah transaksi selesai tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Pa’ Agus dan Bro Joyo, yang sudah banyak membantu kami selama di Jogjakarta ini..
Menuju Lempuyangan dengan menumpang kereta api Madiun Jaya dari Stasiun Tugu. Sesampainya di Lempuyangan ternyata Progo sudah penuh sesak dengan penumpang yang hendak ke Jakarta. Sayapun terpisah dengan Ambar, Esthi dan Ucup. Mereka masih dalam kereta yang sama namun dengan gerbong berbeda. Sesaknya Progo tidak membuat saya jera untuk mengunjungi Jogja kembali.
Pukul 16.45
Dan Progopun melaju meninggalkan Jogja..












woaaah kangen yogya nih darling
BalasHapuskena petasan, ktumpahan kopi, berdiri di ka pas plg smp puegel, bsh2an dr gn kidul ke yogya plus sempet tdampar di st tugu ga ngbuat gw kapok ke yogya..msh pnasaran sm puncak suroloyo
yogyaaaa gw pasti balik lg
trip yg bnr2 byk hambatan tp seru abis!
Thx 2 darling, selir 2 n joyo plus ucup - yg jd pny byk julukan hahaha - yg ngbwt gw jd cinta ma yogya
ayyoooo qt ke jogjaaaah lagi..pengen balik lagi euy..
BalasHapusMenyenangkan ngebolang bersama kalian...
matursuwun sanget special bwt joyo n pak Agus..hidup jogjaaaaahhhh,heheheh ;)
Dets rait selir 2, pokoknya kita harus ke jogja lagi dan ngrepotin mereka lagi (joyo+pa'agus) hehehe
BalasHapusgw belom pernah ke goa2 di gunung kidul, pengen wisata karst jadinya..
BalasHapuswuiiiiiiiiiiiiih jalan2 mulu dia
Cobalah menikmati Jogja dari sisi yang berbeda bung...gw malah pengen ke Pacitan :)
BalasHapusYoi selir 1, untungnya si kulkas butut itu gak ikut ngebolang...rempong ntar kita wkwkwkk. Pokoknya ini trip yg menyengsarakan plus menabjukan. Thanks banget buat bro Joyo yg dgn rela mengorbankan kisah cintanya, special thanks for pa' Agus yg sudi menampung anak2 lucu ini. Puncak suroloyo pasti akan terus menanti, tinggal tunggu saja waktunya
BalasHapusmantaaappp ...kapan ke goa pindul lagiii????
BalasHapusada banyak tantangan lho sekarang...!!!
by : guide cave tubing pindul
http://www.facebook.com/ariff.sulistyo1