Pernahkah terpikirkan apa jadinya jika anda hidup tanpa adanya listrik, mall ataupun kendaraan bermotor? Atau bayangkan saja bila handphone anda tertinggal ketika anda sudah melaju pergi ke tempat aktivitas. Mmmhh, saya rasa andapun tidak ingin berada pada kondisi seperti itu bukan?. Tapi bila anda merasa tertantang untuk tidak menggunakan elektronik dan sesekali tidak ingin memanjakan kaki anda, silahkan anda meluncur ke perbukitan Gunung Kendeng, sekitar 75 kilometer arah selatan Rangkasbitung, Banten menuju pemukiman Baduy. Itupun yang akan saya lakukan untuk menguji kesanggupan saya bertahan dengan ketiadaan listrik hehehe.
Bersama komunitas Backpacker Indonesia sayapun memantapkan diri untuk mengeksplore Baduy. Ada 18 peserta eksplore Baduy saat itu, mereka adalah Retno, Nanta, Indra, Merry, Ambar, Putu, Nunu, Andi, Randy, Eva, Irma, Achyar, Neta, Fitri, Ade, Yayah, Delima termasuk saya sendiri. Setelah berdiskusi lewat forum akhirnya kamipun sepakat untuk bertemu di stasiun Tanah Abang pukul 07.15.
Sabtu pagi, 16 Juli 2011 pukul 05.30
Hwaaaaahhh...kesiangan, sayapun segera mandi, shalat Subuh dan langsung bergegas menuju Stasiun Tanah Abang. Saya pikir saya bakalan telat sampai di Tanah Abang, mengingat info yang saya dapat bahwa kereta Rangkas Jaya akan berangkat pukul 07.30 sedangkan saat ini sudah pukul 07.20 dan saya masih berada di Halte Busway Harmoni. Sayapun segera meninggalkan halte busway dan langsung menepok bahu tukang ojek untuk mengantarkan saya ke Tanah Abang. Criiing…15ribu dan saya dipalak dengan biadabnya oleh tukang ojek tersebut, hufft. Langsung menaiki tangga menuju stasiun dengan napas yang masih berantakan dan ternyata mereka juga baru saja berkumpul dan si Rangkas Jaya sendiri baru lepas landas pukul 08.00 tepat….hufft untuk yang kedua kalinya.
Pukul 08.00 Rangkas Jaya pun mulai bergegas meninggalkan stasiun Tanah Abang. Untungnya tidak terlalu padat saat itu, jadi kami semua masih bisa mendapatkan kursi. Perjalanan menuju Rangkasbitung sekitar 2 jam, sampai stasiun Rangkasbitung sudah sekitar pukul 10 pagi. Untuk menuju Ciboleger kita dapat menggunakan ELF. Retno sebelumnya sudah menyewa ELF untuk kami tumpangi sampai Cbolegar, jadi setibanya di stasiun Rangkasbitung kami tidak perlu luntang-lantung tapi sudah di jemput oleh kang Pepi yang gak pake embel-embel the explorer ;). Perjalanan dari Stasiun Rangkasbitung menuju Ciboleger sekitar 1-1,5 jam. Akses jalannya sendiri sudah beraspal dan jalan rusaknya sendiri dapat dihitung, tidak ada hambatan berarti menuju ke Ciboleger.
Sampai juga kami di Ciboleger…
Tiba di Ciboleger dan ternyata bersamaan dengan waktunya makan siaaaaang, hehehehe. Dengan mantap kami pun melahap makan siang kami. Nasi, ayam goreng ditambah dengan sambal plus lalapan timun dan jegkol, kombinasi yang menarik bukan? hehehe. Kenyang, dan yang pasti rasa kantuk mulai menyerang. Kamipun beristirahat sejenak sembari menunggu Retno melakukan registrasi. Jangan ragu untuk bertanya dan gunakan kemampuan anda dalam hal tawar menawar, itu tips yang saya pikir paling mudah. Makanan disini saya pikir lumayan mahal untuk ukuran menu diatas, untungnya ada sang negosiator yang nyambi jadi artis ‘Nanta’ sehingga segalanya menjadi lebih murah. Selesai sudah proses registrasi, waktunya treking menuju tempat kami bermalam di Desa Kanekes, kami menginap di kampung apa yah? saya lupa nama kampungnya, hanya saja kami sudah melewati Kampung Keduketug dan Babakan Balimbing. Sekitar 1-2 jam berjalan menyusuri jalan berbatu, menanjak, menurun dengan suguhan keindahan alam Baduy yang luar biasa akhirnya kami tiba di TKP. Oiya, sebelumnya kami sudah membeli ikan asin, mie instan, gula, kopi dan teh sebagai buah tangan untuk pemilik rumah, banyak kok yang jual di Ciboleger, jadi jangan khawatir. MMhh, rasanya tidak perlu takut gak bisa ngemil deh, ternyata minimarket sekelas alfamart eksis juga loh di Ciboleger hehehe.
Perjalanan panjang menuju tempat menginap membuat saya panen keringat. Rasa gerah itu membuat saya untuk bergegas menuju kamar mandi. Setelah celingak celinguk cari kamar mandi akhirnya saya tahu kalau ternyata ditempat kami menginap tidak ada kamar mandi plus toiletnya. Untuk mandi kami harus menuju sungai Ciujung yang letaknya tidak jauh dari tempat kami menginap. Sesampainya di sungai Ciujung sayapun langsung menceburkan diri menkmati segarnya air sungai yang masih lumayan jernih itu. Tak hanya itu, sayapun langsung mandi dan membilas tubuh saya dengan guyuran air sungai walaupun merasa risih karena ini kali pertamanya saya mandi di sungai, terbuka pula hahaha.
Cebuuurrrr...BBrrr...Segeerr |
Sungai tempat kami mandi |
Dinner time...dengan menu yang sama dengan menu makan siang hiks hiks hiks. Kami memang memesan makan malam sekalian makan siang di Ciboleger karena memang kami tidak diperkenankan untuk memasak di Baduy Luar, entah karena memang sedang ada ritual tertentu atau memang tidak boleh saya sendiri memang belum mencari tahu. Untuk menghabiskan malam kamipun mulai terlibat pembicaraan seru, mulai dari sharing soal tempat-tempat eksotis sampai merencanakan trip selanjutnya...maklumlah, kita kan banyak maunya ;)
Pukul 22.00, kamipun kembali ke tempat menginap. Rumah tempat kami menginap sangat-sangat sederhana. Rumah panggung seperti rumah-rumah masyarakat Baduy kebanyakan dengan dinding kayu dan atap rumbai, namun terasa nyaman. Semilir angin dan cahaya lampu minyak mengiringi kami beristirahat. Dan kamipun terlelap..ZZZzzz..ZZzzz
Minggu, 17 Juli 2011
Selamat pagiiii...
Dengan berbekal sarapan yang nyaris sama dengan makan siang dan makan malam itu kami pun akan melanjutkan perjalanan ke Baduy Dalam ke kampung Cibeo. Perjalanan sektar 2-3 jam dengan berjalan kaki. Setelah dirasa cukup kamipun kembali menapaki tanah baduy.
Trekingpun kembali dimulai...
Trekingpun kembali dimulai...
Menuju Cibeo...
Sayangnya 2 rekan kami, Ade dan Merry tidak sanggup melanjutkan perjalanan dan memutuskan untuk kembali. Perjalanan yang sangat panjang kawan, berkali-kali kami harus menaiki tanjakan curam, turunan, bebatuan dan terkadang melintasi kali kecil. Sayangnya saya tidak bisa mengabadikan semua peristiwa tersebut karena adanya larangan menggunakan kamera. Jadi saya akan memaksimalkan memori saya untuk merekam perjuangan kami menuju Cibeo. Masuk hutan, keluar hutan, terjatuh, terpeleset, seonggok 'ranjau', bertemu dengan masyarakat Baduy yang sedang meladang, pemandangan yang menabjukan...Luar biasa kawan. Akhirnya sampailah kami di Cibeo, sebenarnya masih ada 2 desa lagi di Baduy dalam, Cikeurta warna dan Cikeusik. Sayangnya kami tidak sempat mengeksplor kedua tempat itu, tapi saya rasa Cibeo sudah mewakili kedua tempat tersebut. Para pria di Cibeo tidak merokok loh, pantas saja kalau mereka berkata hanya membutuhkan waktu 1 jam saja untuk mencapai Ciboleger dari Cibeo...saluuuutt.
Puas menaklukan Cibeo, kamipun kembali menuju tempat kami menginap. Dalam perjalanan pulang saya melihat duren yang dijajakan disalah satu rumah penduduk. Tawar menawar dan akhirnya saya dan Delima sepakat membeli 4 buah duren seharga 30 ribu. Sampai juga di pitstop (tempat kami beristirahat) sayapun langsung membelah duren yang saya beli tadi trus beli kaos Baduy buat oleh-oleh dan relaksasi sejenak.
Pamit dengan pemilik rumah dan kamipun kembali melanjutkan perjalanan menuju Ciboleger. Mati rasa sepertinya kaki saya ini, cenat..cenut..cenat..cenut. Perlu beribu daya dan upaya mencapai Ciboleger, maklumlah saya terbilang jarang berolahraga dan motorlovers jadi perlu 'sedikit' waktu untuk menuju Ciboleger. Setelah 1,5 jam akhirnya kamipun berhasiiiiilll, yipppiii, Horrraaayyy...
Dalam hitungan menit sayapun sudah berada didalam ELF yang akan mengantarkan kita ke Stasiun Rangkasbitung. Dalam perjalanan menuju Rangkasbitung akhirnya sayapun menyerah pada kantuk. Setelah 1 jam perjalanan akhirnya saya terbangun dan mendapati ELF sudah berada di Rangkasbitung. Beli tiket dan ternyata kereta Merak Jaya benar-benar padat. Dengan keikhlasan hati sayapun terpaksa mengeluarkan tenaga ekstra untuk berdiri sampai stasiun Tanah Abang. MMhhhh, beginilah naik kereta ekonomi. Desek-desekan, setiap stasiun berhenti, pedagang sliweran...ckckckk.
Tiba juga di Jakarta
Kembali pada realita, kembali bertemu dengan listrik, kemacetan, bising, copet, kerjaan yang numpuk, air ledeng, handphone dan semua yang mungkin belum ada di Baduy. Yang pasti saya akan merindukan saat saya mandi di sungai Ciujung, merasakan sejuknya udara Baduy, melihat kepolosan dan keramahan masyarakat disana. Bagaimana dengan anda? Atau mungkin anda juga sedang merasakan hal sama dengan saya?
Pamit dengan pemilik rumah dan kamipun kembali melanjutkan perjalanan menuju Ciboleger. Mati rasa sepertinya kaki saya ini, cenat..cenut..cenat..cenut. Perlu beribu daya dan upaya mencapai Ciboleger, maklumlah saya terbilang jarang berolahraga dan motorlovers jadi perlu 'sedikit' waktu untuk menuju Ciboleger. Setelah 1,5 jam akhirnya kamipun berhasiiiiilll, yipppiii, Horrraaayyy...
Dalam hitungan menit sayapun sudah berada didalam ELF yang akan mengantarkan kita ke Stasiun Rangkasbitung. Dalam perjalanan menuju Rangkasbitung akhirnya sayapun menyerah pada kantuk. Setelah 1 jam perjalanan akhirnya saya terbangun dan mendapati ELF sudah berada di Rangkasbitung. Beli tiket dan ternyata kereta Merak Jaya benar-benar padat. Dengan keikhlasan hati sayapun terpaksa mengeluarkan tenaga ekstra untuk berdiri sampai stasiun Tanah Abang. MMhhhh, beginilah naik kereta ekonomi. Desek-desekan, setiap stasiun berhenti, pedagang sliweran...ckckckk.
Tiba juga di Jakarta
Kembali pada realita, kembali bertemu dengan listrik, kemacetan, bising, copet, kerjaan yang numpuk, air ledeng, handphone dan semua yang mungkin belum ada di Baduy. Yang pasti saya akan merindukan saat saya mandi di sungai Ciujung, merasakan sejuknya udara Baduy, melihat kepolosan dan keramahan masyarakat disana. Bagaimana dengan anda? Atau mungkin anda juga sedang merasakan hal sama dengan saya?
kapan2 gw boleh ikut ga ngetrip bareng sama lo?
BalasHapusSilahkan cuy, ntar gw kabarin kalo ada rencana ngetrip lg dah..rencananya sih Oktober mo ke Bromo, wanna join us?
BalasHapusdari Bromo lanjut ke Sempu :) jadi pengen kesana lg :D
BalasHapuslo doyan snorkeling ga? gw rencana mao ke TNUK mao mantay di Peucang
Maunya sih lanjut ke Sempu tapi apa daya susah cuti gw.
BalasHapusKapan lo mo mantay ke Peucang? bukannya gak doyan snorkling, tapi gw kan gak bisa berenang...padahal pengen bgt bisa snorkeling kalo bisa sekalian diving hehehe
tempat qt nginep namanya leuwi buled gum...
BalasHapusjadi kangen ma tanjakan cinta..hahahah ;p
tetep ya gun sinyal kuat indosat
BalasHapusWuaahh... yg baru abis dr baduy nih ^_^
BalasHapusemang bener baduy tuh tempat yg ok buat melarikan diri dr macet, sumpah-serapah, kebisingan terutama dr kerjaan :p
kapan2 ngetrip bareng lagi yuks...
Ambar: makasih dah dikasih tau, abisan gw taunya cuma Gajebo doang hehhe. Dear reader, kami menginap di Leuwibuleud
BalasHapusRandy: gak maksud iklan sih tp gw emang pake provider itu dan nemu sinyal hahaha
Reni: Ciyeee...yg punya kenangan di Baduy, suit suit...pantesan mo balik lg. Iya neh, kapan kita bs ngetrip bareng yaks?
nginep di cicakal buleud ya mas bro?
BalasHapusGmn tanjakan kebayangnya ajip kan?
Septmbr ke baduy lg dah..ada acra adat ngehuma,lupa gw nama acranya..hehe
slm knal..
Qwunuz
Tanjakannya ajiiib pisan euy, bikin pegel-pegel plus kepeleset :).
BalasHapusAcara paan tuh gan? di baduy dalamnya yah? kudu beli kaki extra neh biar nyampe sono masih bisa eksis hahaha. Met kenal juga bang Qwunuz, panggil aja gw Gu2m olrait !!!
gw cewek ya..salam kenal gw nunuz..
BalasHapushaha tanjakan cintah ya..baliknya lewat 4 bukit pa jaln yang sama..4 bukit lebih ajip.. perlu di coba tuh..
acaranya ada di baduy luar ko..itu acara adat buat mulai ngehuma (menanam padi)..
Mav mbaksis, kirain cowok abisan namanya rada serem sih 'qwunuz' hehehe.
BalasHapusampuuun mbak, kemaren aja kaki saya ilang pegelnya baru seminggu setelah pulang dari Baduy...tolong jangan racuni saya lagi.
btw, kapan tuh mbak acaranya? *mulai melirik untuk kembali kesana*