Selasa, 05 Februari 2013

Sanga-Sanga Bukan Sembilan-Sembilan

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah", kira-kira begitulah pesan yang sampaikan Bung Karno. Tapi entah kenapa, sejak SD hingga SMA saya termasuk siswa yang paling anti dengan pelajaran sejarah. Sebenernya sih gara-gara film G 30 S/PKI yang dengan sadisnya membantai jendral-jendral untuk mengkudeta pemerintahan saat itu, dan berujung pada phobia dengan sejarah. Udah gitu, ini otak kalo disuruh ngapal malesnya minta ampun, baru denger pertanyaan tahun berapa? dimana peristiwanya? siapa saja yang ikut andil pada peristiwa itu dan pertanyaan lain seputaran sejarah, bikin siotak demo trus ngadu ke komnashao (komisi nasional hak asasi otak), karna merasa dibully & dipaksa mengingat sesuatu yang dia benci...Ckckck. So, you can guess how is my score for history, menyedihkan...hahahaha. Maafkan saya bung Karno...tapi dalam lubuk hati terdalam saya, saya tetap mencintai Indonesia...ini ciusan.

Kebetulan ada seorang rekan memposting trip ke Sanga-sanga disalah group traveling yang saya ikuti, Samarinda Backpackers. Intinya, David memposting perihal foto wisata juang Sanga-sanga. Wisata juang? wait a minute, It's mean history...and Aaaaarrgghh, you know me so well kan? I hate history.

"Kalo ngetrip sambil flashback ke belakang gimana Gum?, ini ngetrip loh...". Emmhhh, baiklah..meskipun nilai sejarah saya memang apa adanya, tapi saya tetap bersemangat mengunjungi tempat bersejarah, asal jangan ada post test setelah itu hahahaha. Dan sayapun kembali mengacungkan telunjuk tanda ikutan rusuh ngetrip dengan mereka :p


Perjalanan menuju Sanga-Sanga dari kota Samarinda membutuhkan waktu sekitar 2 jam, hal ini dikarenakan jalan rusak yang tentu saja menambah waktu perjalanan. Oiya, saya memutuskan untuk ikut dalam mobil double kabinnya mas Adi. Duduk dibelakang serasa buah sawit ato kambing yah? barengan David, Dwi, Tulus dan Dika. Mencoba menikmati perjalanan, namun yang saya dapatkan hanyalah kekecewaan, kecewa karena harus melihat ratusan hektar hutan yang kini telanjang dan diabaikan setelah mineralnya dikeruk, kecewa melihat truk-truk bermuatan ratusan ton mengangkut batubara dan merusak sebagian jalan dan kecewa kepada diri sendiri karena tidak bisa berbuat untuk mencegah itu...huuuft, ya sudahlah *terkulai lemas.

Kembali menempuh perjalanan dan tibalah kami di Sanga-Sanga sekitar pukul 11 siang. Baru saja tiba terlihat iring-iringan rombongan dari Pemerintah Kabupaten Kutai. Clingak-clinguk cari Bupati Kutai "Bu Rita" yang cantik itu namun sejauh mata memandang tak nampak tanda-tanda keberadaan beliau.

Sanga-Sanga time...
Destinasi pertama adalah tugu perjuangan, jeprat-jepret sebentar kemudian dilanjut ke Masjid Al Ma'arif untuk istirahat plus sholat Dzuhur.

Lanjut ke Museum perjuangan Merah Putih. Ditempat ini terdapat koleksi diorama perjungan rakyat Sanga-sanga melawan penjajah. Perjuangan melawan penjajah pertama di Sanga-Sanga dikenal dengan Perlawanan Samseng pada tahun 1926 oleh etnis Tionghoa yang marah kepada pihak Belanda karena tidak memberikan bahan bakar minyak untuk diperdagangkan kepada pedagang asal China itu.


Sanga-sanga juga terkenal dengan sebuah peristiwa heroik yang terjadi pada tanggal 27 Januari 1947 ketika para pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) bahu membahu bersama rakyat mempertahankan Sanga-Sanga dari gempuran Belanda, meski akhirnya korban banyak berjatuhan dari pihak pejuang dan rakyat Sanga-Sanga. Untuk mengenang peristiwa yang disebut sebagai Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga ini, Pemerintah Provinsi bersama Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara selalu menggelar upacara peringatan peristiwa tersebut setiap tanggal 27 Januari. (Sumber dari Wikipedia). Oiya, selain koleksi diorama perjuangan, terpajang juga tengkorak plus tulang-tulangnya loh, entahlah...itu tulang siapa hahaha. Di pelataran belakang musium terdapat mobil tentara bekas perang dan kapal perang yang terbuat dari besi.


Kembali eksplore Sanga-sanga, disudut jalan saya melihat ada tukang es krim dan cring...6rb berpindah tangan ke tukang es tersebut. Liat stand-stand pameran dan nemuin satu stand soal barang antik. Kereeeeennn...ada sepeda onthel, kamera jadul, radio butut, catur tahun jebot sampe piano ato pianika atau apalah itu namanya.



Next kilang minyak pertamina...






Menuju Taman Makam Pahlawan Wadah Batuah dan diakhiri dengan gokil-gokilan di jembatan Dondang.





Sejarah...akan terus menjadi bagian dari hidup kita, suka ataupun tidak. Mengingat masa lalu? Kenapa nggak? itu adalah hal yang wajar dan sangat manusiawi, tapi ketika kita berinteraksi dengannya, menghadirkannya, kemudian bersedih karenanya, menjadikannya sebagai perbuatan bodoh. Tengoklah ke belakang, belajarlah banyak darinya dan kemudian, berbuatlah...jadikan hari ini lebih baik dari kemarin.


Notes: Foto-foto diambil dari kamera Ria, Frisca, mbak Ida, mas Adi dan jepretan sendiri.

3 komentar:

  1. lucu...lucu..kata-kata di blog-nya hehehe walo cuma secara singkat. Dan sama juga, entah kenapa agak2 gimana denger kata sejarah. tapi kalo denger orang cerita ttg sejarah sih doyan2 aje. tapi kao disuruh ngapalin, next gw kutan deh ikut ke komnashao hahaha istilah yg unik
    -d5-

    BalasHapus
  2. Budel : demonya nunggu ada awak media aja yaks, biar kita bisa eksis hahahaha. Btw, imlekan mo nyari kuaci dimana?
    Frisca : ada kamu yah disitu? maap, salah ngaplod xixixi *nip-ex laptop

    BalasHapus