Ke Singapore cuma 20rb,-? Bisa
kok, saya saksi hidupnya. Meskipun
ujung2nya saya harus membayar 300rb PP karena banyak embel-embel biaya lain
yang perlu dibayar (bukan Airasia kalo begitu hahahaha)…tapi saya pikir untuk
tiket pesawat PP keluar negri, biaya segitu bisa ditolerirlah walaupun waktu keberangkatan masih luaaamaa pisaaaannn.
Setelah sekitar 9 bulan dari
tanggal booking akhirnya hari itu datang juga. Ribet ngurus passport sebulan sebelum keberangkatan, nukerin rupiah ke
dollar, googling soal Singapore sampe beli bukunya Claudia Kaunang yang bisa ke
Singapore cuma dengan 500rb. Saya tidak sendiri, adik saya Desi ‘ciplook’ dengan
cerianya nimbrung dalam perngetripan kali ini. Yess…saya berdua adik mulai
menyerahkan passport ke petugas imigrasi dan dengan terpaksanya 150K lenyap sebagai upeti airport tax.
Saat berada di imigrasi petugas bandara ga tanya macem-macem tuh,
lolos-lolos aja tapi air minum yang saya selipkan didalam tas terdeteksi dan
dipaksa keluar dari dalam tas (sedikit tips, air mineral di Singapore mahal
loh…siapin aja botol minum dari rumah trus diisi di Bandara yang gratis). Stempel
pertama pun mendarat dengan mulusnya di passport saya dan seketika itu saya
bergumam, “Horrraayy…akhirnya passport saya udah gak ‘perawan’ lagi”.
Saya memang mengambil penerbangan
malam, bukan karena maksud apa-apa tapi karena pada jam segitulah penerbangan
yang paling murah. Sebelumnya saya juga sudah membooking kamar di Traveler Inn
dan deposit 10 SGD, jadi ketika sampai Singapore dan ditanya dimana kami
tinggal, kami sudah punya jawaban yang bisa dipastikan 100 % bener :p
Pengeras suara terdengar nyaring
dan apa yang terjadi sodara-sodara? Yuppzzz, delay…!!!! Selamat yah Gum, alamat
sampe Singapore tengah malam loh. Demi ke luar negri kami tetap ceria menunggu
dan menanti sembari mengisi perut kami dengan nasi kotak yang diberikan
cuma-cuma dari pihak Airasia (lumayan bonus makan malam). Sampai pada ketika tuh
toa berkoar dan menginfokan penerbangan ke Singapore siap diberangkatkan, dua
bocah ini dengan sumringahnya mulai berjalan menuju gate dan sudah membayangkan
kesasar disana.
2 jam pun berlalu, dan
yippppiiiiii…..Changi International Airport. Bandara disini mewah banget,
maklum biasa maen di Bandara dalam negri jadi berasa asing hehehehe. Bule
seliweran dimana-mana, etnis Tionghoa, Arab dan India juga bececeran disini
selain orang Melayu tentunya. Lantaran delay akhirnya kami tiba menjelang
tengah malam. Pihak hostel sebelumnya juga sudah menginfokan bahwa hostel tidak
buka 24 jam dan bila kita check in diatas jam 11 malam maka kita akan dikenakan
charge 5 SGD/person. Gini caranya bakalan bangkrut, akhirnya saya mengambil
keputusan untuk cancel menginap disana dan mulai mencari tempat yang nyaman
disudut-sudut bandara untuk menginap. Mulai merebahkan badan dikursi-kursi
bandara dan mencoba pijat gratis namun tampaknya tempat tersebut kami rasa
masih kurang nyaman. Akhirnya kami menemukan prayer room yang terletak dilantai
dasar. Sekalian sholat Isya dan mulai deh gelar sarung buat selimut. AC di
bandara dingin bener euy, sleeping bag sepertinya berguna disini.
Pagi itu Singapore diguyur hujan, tidak lebat memang namun mendung masih saja menggelayuti langit Singapore. Jadi dengan terpaksanya kami menunggu hingga hujan mulai mereda. Setelah langit mulai terlihat cerah. kamipun mulai melangkah meninggalkan bandara ini menuju stasiun MRT.
Menuju imigrasi dan lolos setelah gak mudeng saat petugas nanya pake bahasa Singlish-nya nanya tempat kami meninap. Untungnya kami sudah book di Jakarta jadi dengan terbata-bata kami jawab pertanyaan petugas imigrasi bandara tersebut. Sempat kepikiran untuk mengikuti free city viewing di bandara, namun ternyata kapasitasnya sudah tidak memungkinkan akhirnya kamipun langsung beranjak menuju stasiun MRT. Well, this is our first time...jadi harap maklum kalo kita sangat ndeso. Beli tiket aja ribet, semua serba mesin dan mendadak jadi bego hahahaha. Untungnya petugas tiket bisa berbahasa melayu, jadi kami cukup mudah untuk berkomunikasi.
Sebenernya simple, karena pada mesin sangat jelas petunjuknya. Kita hanya tinggal memilih tujuan kita kemudian memasukkan uang kedalam mesin dan criiiing...keluar deh tiketnya.
Disini jadwalnya ontime banget, entah pas kebetulan ato emang ontime yah? hahahaha. Frekuensinya banyak dan keretanya nyaman. Andai saja Jakarta punya sistem dan moda transportasi yang terintegrasi dengan baik disini, pastinya ga akan ada cerita lagi dimana saya harus menunggu datangnya busway berjam-jam atau bersedak-desakan didalam kereta atau bermacet-macet ria di angkot. Ya sudahlah, semoga dengan terpilihnya Jokowi bisa menghapus cerita-cerita saya diatas hahahaha *mendadak jadi jurkam.
Tiba dihostel...
Mandi, istirahat sebentar trus mulai ngelayap di Singapore.
Mulai kembali perjalanan, kali ini destinasinya adalah Sentosa Island. Kali ini kami ga beli tiket ketengan, tapi kami beli Singapore Tourist Pass di Stasiun Bugis. Bayar 10 SGD plus 10 SGD (deposit yang bisa ditukarkan kembali), kamipun siap berkeliling negara ini tanpa khawatir bayar MRT/bus lagi.
Sentosa Island...
Ga perlu takut kesasar, disini petunjuk arah dan kendaraan terfasilitasi dengan baik. Jadi cukup pastikan kita mau kemana, liat peta wisatanya dan silahkan menikmati perjalanan, hehehehe. Disini emang surganya belanja kali yah, mall-mall mewah beterbaran disegara penjuru, bahkan di stasiun seperti di Bugis dan HarbourFront bisa dikatakan menarik. Belum lagi didaerah Orchard...weleeehhh weleeehh...bejejer mall-mall keren, sayangnya kami tak tertarik hahaahaha *inget isi dompet.
Puas dengan Sentosa, rencananya kami hendak mengunjungi ikon-nya Singapore...patung Merlion. Ga afdol ke Singapore kalo gak berfose disana. Kembali bergumul dengan MRT dan turunlah kami di City Hall. Mulai mengeksplore daerah ini dan gedung-gedung pencakar langit dengan arsitektur unik mulai memenuhi indra penglihatan kami.
Lanjutt....
Nampak dari kejauhan Skypark dan Singapore Flyer beserta bangunan lainnya.
Tiba di Merlion Park...horrayy...
Menikmati senja di Marina Bay dan berlayar menyusuri Singapore River...
Sebenarnya belum puas rasanya untuk menyusuri daerah ini, namun apa daya kami harus ke Little India untuk beli oleh-oleh di Mustafa Center. memasuki Little India kami serasa di India beneran, kanan kiri orang-orang mirip Kajol dan Sah ru Khan lalu lalang disini. Musik yang energik dan bau-bau yang menurut saya agak aneh menyeruak disekitar kawasan ini. Sesekali kami bertanya pada warga dsana dengan English yang terbata-bata, sampe sampe adik saya (Desi) memanggil orang disana dengan sebutan "Mas", bukan "Sir or Miss"...ya jelas saja mereka ga ada yang nengok...hahahaha, aya aya wae.
Penampakan di Little India ga sempat kami abadikan, kendala waktu yang sudah mulai larut malam dan kaki yang sudah mati rasa karena seharian berjalan. Beli oleh-oleh dan kembali ke hostel.
Esoknya kami harus kembali ke Jakarta. Menyusuri jalan Bugis, menikmati suasana pagi di sekitaran Victoria street dan sesekali terlihat terdengar obrolan khas orang Jakarta ketika kami berpapasan dengan beberapa traveler. Singapore, negara kecil yang patut diacungi jempol, sudah bersih, teratur, tertib, trasnportasi mudah, sayangnya terlalu Muahaall untuk saya berlama-lama disini hahahaha.
Pagi itu Singapore diguyur hujan, tidak lebat memang namun mendung masih saja menggelayuti langit Singapore. Jadi dengan terpaksanya kami menunggu hingga hujan mulai mereda. Setelah langit mulai terlihat cerah. kamipun mulai melangkah meninggalkan bandara ini menuju stasiun MRT.
Menuju imigrasi dan lolos setelah gak mudeng saat petugas nanya pake bahasa Singlish-nya nanya tempat kami meninap. Untungnya kami sudah book di Jakarta jadi dengan terbata-bata kami jawab pertanyaan petugas imigrasi bandara tersebut. Sempat kepikiran untuk mengikuti free city viewing di bandara, namun ternyata kapasitasnya sudah tidak memungkinkan akhirnya kamipun langsung beranjak menuju stasiun MRT. Well, this is our first time...jadi harap maklum kalo kita sangat ndeso. Beli tiket aja ribet, semua serba mesin dan mendadak jadi bego hahahaha. Untungnya petugas tiket bisa berbahasa melayu, jadi kami cukup mudah untuk berkomunikasi.
Sebenernya simple, karena pada mesin sangat jelas petunjuknya. Kita hanya tinggal memilih tujuan kita kemudian memasukkan uang kedalam mesin dan criiiing...keluar deh tiketnya.
Disini jadwalnya ontime banget, entah pas kebetulan ato emang ontime yah? hahahaha. Frekuensinya banyak dan keretanya nyaman. Andai saja Jakarta punya sistem dan moda transportasi yang terintegrasi dengan baik disini, pastinya ga akan ada cerita lagi dimana saya harus menunggu datangnya busway berjam-jam atau bersedak-desakan didalam kereta atau bermacet-macet ria di angkot. Ya sudahlah, semoga dengan terpilihnya Jokowi bisa menghapus cerita-cerita saya diatas hahahaha *mendadak jadi jurkam.
Lupakanlah tentang transportasi di Jakarta...kami turun di stasiun Bugis karena rencananya kami akan menginap di ABC Backpacker hostel di Jl Kubor. Sempet nyasar-nyasar karena salah ambil jalan tapi malahan ketemu sama bangunan-bangunan yang keren. Gereja St Andrew, Singapore Art Museum dan entah apa nama bangunan yang kami lewati tadi. Artistik, unik dan menarik...cocok buat kalian yang hobby jeprat-jepret.
Tiba dihostel...
Mandi, istirahat sebentar trus mulai ngelayap di Singapore.
Mulai kembali perjalanan, kali ini destinasinya adalah Sentosa Island. Kali ini kami ga beli tiket ketengan, tapi kami beli Singapore Tourist Pass di Stasiun Bugis. Bayar 10 SGD plus 10 SGD (deposit yang bisa ditukarkan kembali), kamipun siap berkeliling negara ini tanpa khawatir bayar MRT/bus lagi.
Sentosa Island...
Ga perlu takut kesasar, disini petunjuk arah dan kendaraan terfasilitasi dengan baik. Jadi cukup pastikan kita mau kemana, liat peta wisatanya dan silahkan menikmati perjalanan, hehehehe. Disini emang surganya belanja kali yah, mall-mall mewah beterbaran disegara penjuru, bahkan di stasiun seperti di Bugis dan HarbourFront bisa dikatakan menarik. Belum lagi didaerah Orchard...weleeehhh weleeehh...bejejer mall-mall keren, sayangnya kami tak tertarik hahaahaha *inget isi dompet.
Memasuki esplenade, dan kata-kata yang terucap cuma..keren...!!! *lebaynya kumat. Penampakan dalamnya banyak ga ke foto euy...
Lanjutt....
Nampak dari kejauhan Skypark dan Singapore Flyer beserta bangunan lainnya.
Tiba di Merlion Park...horrayy...
Menikmati senja di Marina Bay dan berlayar menyusuri Singapore River...
Sebenarnya belum puas rasanya untuk menyusuri daerah ini, namun apa daya kami harus ke Little India untuk beli oleh-oleh di Mustafa Center. memasuki Little India kami serasa di India beneran, kanan kiri orang-orang mirip Kajol dan Sah ru Khan lalu lalang disini. Musik yang energik dan bau-bau yang menurut saya agak aneh menyeruak disekitar kawasan ini. Sesekali kami bertanya pada warga dsana dengan English yang terbata-bata, sampe sampe adik saya (Desi) memanggil orang disana dengan sebutan "Mas", bukan "Sir or Miss"...ya jelas saja mereka ga ada yang nengok...hahahaha, aya aya wae.
Penampakan di Little India ga sempat kami abadikan, kendala waktu yang sudah mulai larut malam dan kaki yang sudah mati rasa karena seharian berjalan. Beli oleh-oleh dan kembali ke hostel.
Esoknya kami harus kembali ke Jakarta. Menyusuri jalan Bugis, menikmati suasana pagi di sekitaran Victoria street dan sesekali terlihat terdengar obrolan khas orang Jakarta ketika kami berpapasan dengan beberapa traveler. Singapore, negara kecil yang patut diacungi jempol, sudah bersih, teratur, tertib, trasnportasi mudah, sayangnya terlalu Muahaall untuk saya berlama-lama disini hahahaha.
seru yach, pengen juga nih main ke singapure, moga ada waktu lapang, badan sehat dan kantong lumayan mendukung
BalasHapus