Selasa, 01 Oktober 2013

Menanti Sunrise di Gunung Prau Dieng

Jarum jam baru menunjukkan pukul 04.00 dini hari, kegelapan masih berkuasa meski ratusan bintang tertempel cantik di langit Dieng. Semilir angin menghembuskan hawa dingin yang begitu terasa menusuk pori-pori kulit. Enggan rasanya keluar dari sleeping bag yang membungkus tubuh saya semalaman, namun saya harus bangkit dan mencoba mengabaikan semua itu…demi sang mentari.

Saya pun mulai mencari debu disekitaran tenda dan bertayamum, semenit kemudian sayapun siap menghadap sang empunya alam. Sayang, subuh saya diusik dengan musik dari tenda sebelah. Tenda yang berisi sekumpulan pemuda itu semalaman menyetel lagu-lagu yang tidak saya pahami. Gila kali yah, ke gunung bawa radio…gak sekalian aja bawa home theater !!! Dongkol bercampur mangkel membuat saya menyudahi ibadat saya. Entahlah, mungkin saja mereka  sedang mencoba menunjukkan eksitensi mereka dengan segala ego sehingga tak peduli dengan mereka yang menapaki 3 jam perjalanan dengan maksud menikmati ciptaan Tuhan ini. Bergegas menyiapkan handphone berkamera, tak mau kehilangan moment dan sayapun sudah bergabung dengan Indra, Yayah, Andi dan rekan lainnya.

Setengah jam pun berlalu, saya masih berusaha melawan hawa dingin yang terus merangsek masuk kedalam jaket, sayapun masih merasakan gemeretak gigi lantaran dingin yang luar biasa. Moment itu tiba juga, semburat emas mulai saya rasakan melalui indra penglihatan. Rasa hangat mulai menjalari kulit saya, mengusir dingin yang tadinya meraja. Subhanallah…indah nian kawan.

Latar belakang Sindoro Sumbing
Waiting for sunshine
Kembali menuju Petak banteng dengan rute candi, melewati padang sabana dan bukit teletubies. Diujung bukit terlihat telaga warna dari kejauhan, melewati hutan teduh dengan sedikit rintik hujan membuat perjalanan kami berwarna. 3 jam perjalanan tidaklah begitu kami rasakan, permainan tebak “bisa jadi” membuat waktu terasa singkat. Tawa, canda dan coklat choki-choki menghiasi perjalanan kami.

Sabana Prau
Pendakian kali ini hanyalah sekedar cerita indah tentang keindahan, persahabatan dan kebersamaan yang terukir bersama laju kereta Gaya Baru Malam Selatan. Kembali ke Jakarta, kembali pada dunia ‘nyata’ dengan segala ceritanya.

Thanks to :
1. Yayah and the girls yang udah masakin kita makanan terlezat selama disana
2. Koh Indra + Cici Wati yang udah traktir mie ongklok
3. Neng Regi yang udah menjadikan bang Andy item buat bahan tebak "bisa jadi"
4. Tante Rina + Dewi yang udah jauh-jauh dari Semarang dan Bali buat gabung
5. Randy yang nyaris ga ikutan tapi jadi hero karena udah jadi Mr. Green yang rela angkut sampah-sampah kita

Last but not least, thanks to Allah SWT yang telah memperlihatkan secuil surga di tanah Dieng

2 komentar:

  1. bagus.... bagus... cuma coba pas foto sindoro sumbing nggak ada modelnya

    BalasHapus
  2. Isshhh, kenapa sih? karena ada modelnya makanya tampak kece hahahaha

    BalasHapus