Rabu, 03 Agustus 2011

Ngabuburit ke Kota Tua

Cayman Islands-nya King of Convenience mengalun di HP saya pertanda adanya sms masuk. Rupanya sms dari Eno, kawan baru saya ketika kami sama-sama mengeksplor Baduy 3 minggu lalu. Dalam smsnya, Eno meminta kesediaan kawan-kawan yang tergabung dalam eksplor Baduy kemarin berkumpul di Kota Tua untuk sekedar temu kangen dan sharing foto. Berbekal SMS, YM dan FB kamipun sepakat untuk bertemu di Tunnel yang menghubungkan Stasiun Kota dangan halte busway hari Minggu tanggal 31 Juni 2011 pukul 08.00.


Hari itu pun tiba..

Pagi itu saya langsung bergegas menuju terminal Pulo Gadung dan melanjutkan perjalanan menggunakan Busway. Saya tiba di Kota pukul 08.45, molor 45 menit dari jadwal yang sudah disepakati. Dibawah tunnel (terowongan) yang menghubungkan Stasiun Kota dengan Busway tampak oleh saya bang Achyar, Ade, Eno dan Eva yang sedang asik mengamati lalu lalang manusia disekitar mereka. Selang beberapa saat, Delima pun muncul dan langsung menghampiri kami. Seru juga bertemu dengan mereka, padahal baru juga 3 minggu kami tidak bertemu hehehe. Mungkin anda bisa bayangkan topik apa yang langsung dibahas ketika manusia-manusia yang haus akan ngetrip ini disatukan...yups, langsung saja meluncur option untuk rencana trip selanjutnya. "Kemana nih next trip? Ujung Kulon, Bromo atau Krakatau?" begitu kira-kira sepenggal obrolan kami.

Sembari menunggu rekan kami yang lain kamipun beranjak menuju Museum Bank Mandiri karena Nunu dan Putu sedang menuju kesana. Memasuki Museum Bank Mandiri, kita akan diminta mengisi buku tamu dan menyimpan tas pada box yang sudah disediakan. Oiya, bila anda merupakan nasabah Bank Mandiri maka anda tidak akan dipungut retribusi, cukup tunjukkan saja kartu atm anda, namun bila anda bukan nasabah dari bank tersebut, cukup siapkan Rp.2000 saja dan silahkan anda mengeksplor museum ini.





Tak lama kami memasuki Museum, kamipun langsung bertemu dengan Putu dan Nunu. Selang beberapa saat Rudi dan Nanta akhirnya muncul. Pernah dengar tentang wisata malam museum? kamipun coba bertanya dengan petugas di museum ini. Beliau membenarkan adanya program wisata mengunjungi museum-museum di malam hari. Dengan membayar 60 ribu anda bisa mengetahui kisah masa lalu dan merasakan atmosfer berbeda melalui bangunan-bangunan tua itu. Paket harga tersebut sudah termasuk jasa guide, makan, PIN ataupun menonton film tempo doeloe. Mmmh, menarik dan layak dicoba, jujur kami sendiri penasaran dan pastinya sudah kami agendakan perihal wisata malam ini.

Tujuan selanjutnya ke Museum Fatahillah. Cukup dengan berjalan kaki saja sekitar 10 menit dari Museum Bank Mandiri sampailah kita di museum Fatahillah. Dengan membayar Rp.2000 saja kita sudah dapat menikmati museum ini.

Mulai menjelajahi isi museum...
Bangunan museum menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Kayu-kayu dengan ukuran besar masih memegang andil atas bangunan ini, bisa anda lihat sekeliling bangunan penuh dengan kayu sebagai penyangga ataupun tangga. Suasana tempo doeleo terasa kental sekali disini.


 









Ada kejadian menarik yang saya alami, ketika rekan-rekan saya masih saja berkutat dengan bangunan dan isi museum tanpa sepengetahuan mereka saya melarikan diri ke toilet sekalian shalat zuhur. Ternyata mereka menghubungi bagian infomasi mengenai anak hilang wkwkwkkk. Selesai proses pencarian yang diiringi dengan suara mikrofon tersebut akhirnya kami putuskan untuk makan, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 13.30. Didepan museum keramik berjejer gerobak makanan, mulai dari bakso sampai pecel ayam dan makanlah kami disitu sembari menunggu kedatangan rekan kami Yayah. Selesai makan rekan saya yang memang belum melaksanakan kewajibannya segera mendatangi mushola Fatahilah.

Kemudian lanjut ke Pelabuhan Sunda Kelapa...
HP Eno berbunyi dan ternyata rekan kami Andi sudah berada di kawasan Kota Tua ini. Sayangnya kami tak dapat menghubungi Andi, kemungkinan HPnya Andi lowbat sehingga dengan berat hati kami melanjukan perjalanan ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Setelah berjalan kaki selama 20 menit kamipun tiba di TKP. Hawa panas sang mentari membuat kami sesekali berteduh. Menyusuri pelabuhan ini dan kami mendapati kapal-kapal besar berjejer dengan rapinya, sesekali kami lihat beberapa kapal yang sedang dijejali oleh barang-barang yang akan mereka angkut ke daerah tertentu. 
Kami melihat ada 2 buah sampan kecil diantara kapal-kapal besar itu, ternyata mereka juga menawarkan untuk membawa kami ke ujung pelabuhan dengan biaya 5rb perorang. Awalnya kami sempat tertarik, tetapi mengingat sebagian dari kami tidak bisa berenang, tidak ada pelampung dan hanya menggunakan dayung sebagai penggeraknya kami putuskan untuk berjalan kaki saja.




Tak lama kami berjalan, kamipun melihat ada kapal yang sedang tidak mengangkut barang. Tanpa banyak kata langsung saja kami menaiki titian kayu yang menghubungkan dermaga dengan kapal tersebut setelah sebelumnya meminta izin pada sang nahkoda kapal.




KM Putra Utama yang kami bajak ini mengangkut mineral ke Sampit. Untuk mencapai Sampit sendiri bisa 4-7 hari di perairan, tergantung cuaca. Mmhhh, jadi kepikiran untuk menumpang kapal ini ke Sampit hehehe.

Usai sudah kisah kami di kawasan Kota Tua kali ini
* narsis-narsisan ---> checked
* sharing foto    ---> checked
* next trip          --> checked




8 komentar:

  1. 3 pictures dibawah its so massive.....gede bgt cuuuy

    BalasHapus
  2. oiya, ada pertanyaan yg aga2 aneh saat di kapal " Kalau malem gimana ya????" ya gellaaaapppp gummmmm wkwkwk

    BalasHapus
  3. hahaha...msh inget aja lu Rud sm pertanyaan polos gw :D

    BalasHapus
  4. i'm not Rud rud. please check my ID. it's d5 (please spell in Bahasa). got it?

    BalasHapus
  5. O i c...d5 means delima, thats right? budelllll...please don't remind me for my silly question hahaha

    BalasHapus
  6. Hahaha .. maaf .. sy blm komentar ko sudah bawa" nama saya ?? hahaha ..

    BalasHapus