Jumat, 09 Desember 2011

Mengulik Situs Megalitik Gunung Padang

Seorang rekan pernah bercerita tentang adanya situs purba megalitikum di Gunung Padang, tepatnya di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Rasa penasaran akhirnya membuat saya bersikeras untuk mencoba merasakan kehidupan di zaman Flintstones. Kebetulan waktu itu saya memang berencana ke Bandung untuk menemui seorang rekan dan tiba-tiba terlintas dalam benak saya untuk mengunjungi situs itu.  Sayapun langsung mengambil handphone butut saya dan memposting tentang situs purba megalitik ini pada sebuah group yang saya ikuti. Akhirnya saya berhasil meracuni 4 korban yang bersedia dengan ikhlas mengulang sejarah. Mereka adalah Dea, Farida, Delima dan Nunu. Dea sendiri memang berdomisili di Bandung sedangkan Farida dan Nunu di Jakarta. Kebetulan pada saat itu Delima juga sedang berada di Bandung jadi kami buat meeting point di stasiun Bandung pukul 7.00 wib untuk mengejar kereta Argo Peuyeum dari stasiun Padalarang. Jangan berpikir bahwa Argo Peuyeum adalah kereta eksekutif, karena sebenarnya kereta dengan 2 gerbong tersebut hanyalah kereta ekonomi dengan harga tiket 1500 saja. Kata "Argo" biasanya memang diperuntukkan untuk kereta dengan kelas eksekutif, saya sendiripun heran mengapa kereta ini dinamakan Argo Peuyeum? Apakah lantaran banyak pedangan yang menjajakan peuyeum atau karena nantinya kita bakal melewati stasiun Cipeuyeum? Entahlah, saya  sendiripun belum menemukan jawaban yang pasti.

Lanjuttt.....

Setelah kurang lebih 1,5 jam dalam perut Argo Peuyeum akhirnya sampai juga kami di stasiun Cianjur. Sebenarnya kami mengajak seorang rekan yang mengaku sudah pernah kesana dengan alasan kita tak perlu repot-repot bertanya untuk sampai di lokasi, namun ternyata mas Buta yang kami harap bisa menjadi guide mendadak 'buta' dan lupa dengan lokasi situs antik itu. Dengan kemampuan bahasa sunda yang dimiliki mas Buta akhirnya kami menyewa angkot. Saya pikir angkot yang sudah kami sewa ini eksklusif untuk kami tetapi ternyata tidak. Supir angkot tetap saja mengambil penumpang yang searah dengan lokasi situs tersebut, jadi jangan heran jika angkot yang kami tumpangi penuh sesak dengan barang belanjaan penumpang.



Jujur saja medan yang ditempuh lumayan membuat perut mual, batu-batu yang masih terjal dan jalan yang tidak selalu mulus menghiasi hampir disepanjang perjalanan. Untungnya pemandangan yang disuguhkan benar-benar luar biasa sehingga rasa mual yang tadinya meraja berangsur-angsur menghilang. Hijaunya pohon-pohon teh yang terhampar serta gunung dan bukit yang menjulang diujung sana membuat perjalanan kali ini tak sia-sia. Kira-kira 1 jam perjalanan sudah kami tempuh dan tibalah kita di TKP.

Saat saya mencapai situs ini maka yang terbayang adalah betapa hebatnya masyarakat purbakala kala itu apalagi setelah saya sampai pada pelataran pertama dengan terseok-seok lantaran mendaki tangga-tangga batu setinggi lebih kurang 30 meter dengan kemiringan hampir 40 derajat tersebut. Di puncak bukit pada pelataran pertama terdapat batu yang menyerupai pintu yang diapit kolom batu berdiri, seperti layaknya gerbang selamat datang.












Ada satu tempat dimana ada sebuah batu yang terletak ditengah-tengah tumpukan batu yang lain dengan posisi batu yang berdiri tegak. Mitos yang berhembus adalah apabila seseorang dapat mengangkat batu tersebut maka apapun keinginannya terkabul. Saya sendiri sebenarnya penasaran dan ingin rasanya mencoba. Namun mengingat berat badan saya yang sepertinya jauh lebih ringan dari batu tersebut membuat urung niat saya. Ternyata bukan hanya saya yang penasaran, ada 4 orang yang saya lihat mencoba mengangkat batu tersebut dan sayangnya usaha mereka harus berakhir dengan kegagalan. Sempat terlihat rasa kecewa diwajah orang-orang itu tapi saya pikir tak apalah, toh semua hanyalah mitos hehehe.

Mendung menggelayuti langit Gunung Padang saat itu, pertanda kami harus segera meninggalkan situs megalitikum terbesar se-asia tenggara ini. Sebenarnya kami ingin melanjutkan perjalanan ke air terjun Cikondang, namun lagi-lagi kami harus menyerah pada sang waktu. 

4 komentar:

  1. i like it... tulisan lo jauh lebih bagus nih gum :)

    BalasHapus
  2. Kritikannya donk, biar gw bisa dapet macbook kaya temen gw hehehe

    BalasHapus
  3. Mantab mas bro.. Kapan-kapan perlu belajar nulis yang baik dan singkat kayaknya :D

    BalasHapus
  4. Iya neh masbro, banyak banget yang perlu dibenahi :p

    BalasHapus